Kecelakaanku di Grand Wisata Bekasi

Akhirnya sempet juga menuliskan pengalaman kecelakaan motor yang Akang alami. Perlu pembaca ketahui kecelakaan yang akan Akang tuliskan sekarang adalah kecelakaan motor yang ketiga seumur hidup Akang. Kecelakaan pertama Akang alami di 2003 ketika masih kelas dua SMU (zaman alay, hehe) di Cianjur, kecelakaan kedua terjadi di Jl. Kalimalang ,Oktober2012 dan yang terhangat terjadi di Grand Wisata, 29 April 2013.

langsung saja deh Akang ceritakan bagaimana terjadinya kecelakaan yang terjadi di Grand Wisata 29 April 2013 tepatnya pas di depan pertigaan menuju area parkir Kantor Pemasaran Grand Wisata.

TKP Grand Wisata

Kronologis Kecelakaan

Saat itu waktu menunjukkan jam 13:10 Akang baru saja meninggalkan kantor yang berada di salah satu ruko di Grand Wisata menuju Bank MUFJ di kawasan MM2100 menggunakan motor sendiri (padahal saat itu mobil staff ada, lha koq gak Akang pakai!). Kondisi psikologis saat itu sedang emosional tingkat tinggi menahan kemarahan pada seorang acconting di perusahaan tempat saya bekerja karena ketidakbecusannya melaporkan SPT Tahunan perusahaan dan mengurus pembukuan, yang akhirnya pada dua bulan kemudian kabur dan menggelapkan uang perusahaan (FYI, Namanya NAHJUL YAMIN).

Karena terburu-buru mengejar waktu Akang memacu motor lumayan kencang, kecepatan terakhir yang Akang lihat saat meninggalkan tikungan 100m sebelum TKP adalah 85km/jam (Si kebo merah habis tune-up, ganti knalpot racing dan diisi shell V-Power, tarikan jadi kenceeeeeng!!!) . Perlu pembaca ketahui jalur bundaran Grand Wisata adalah jalan searah dengan 3 jalur, saat itu akang berada di jalur 1 (paling kiri, lihat gambar).

Kronologis Kecelakaan

Di depan tampak jalanan kosong, hanya terlihat mobil Suzuki Swift merah (yang ternyata adalah SX4 merah – revisi komentator, tapi dalam artikel ini Akang tetep tulis Swift merah ya!) di jalur dua tanpa menyalakan Lampu Sen (lampu sign). Karena pertimbangan tersebut akang memutuskan memuntir gas lebih kenceng lagi… brooooommmmm!!!! bisa dipastikan lebih dari 90km/jam. Eh,,,, saat pas kondisi motor Akang di ekor si Swift, tiba-tiba lampu sen kiri menyala, kondisi saat sen menyala adalah 5-7m sebelum belokan ke lokasi parkir Kantor Pemasaran Grand Wisata. Secara logika Akang berpikir gak mungkin dia belok ke Parkiran, lha wong posisinya di jalur dua dan terlalu dekat memberi sen kalau memang mau belok ke lokasi parkir, ya pastinya si Swift Merah bakal belok kiri di belokan depan (sekitar 20 meter setelah belokan ke tempat parkir, lihat gambar kronologis deh!) dan ternyata si Swift Merah belok tiba-tiba saat motor Akang berada di sebelah pintu tuh mobil (pasca kecelakaan Akang dikasih tahu bahwa yang mengemudikan adalah Ibu-ibu), Akang yang gak menyadari hal tersebut gak sempat ngebuang motor ke arah kiri dan langsung aja Astagfirullaaaaaaah,,, BRAAAAKKKK!!! terjadi tabrakan.

Sesaat setelah bersentuhan Akang terlempar ke depan sekitar 5-6 meter dengan bahu dan helm sebelah kanan mendarat terlebih dahulu. si Kebo terlempar ke kiri arah trotoar dan nyangkut di pembatas yang terbuat dari pagar pepohonan kecil. Si Swift kondisinya Akang tidak tahu apa berhenti atau masuk area parkir.

Sesaat setelah mendarat, refleks Akang langsung bangun berusaha untuk menepi ke kiri ,menghindari kendaraan bilamana ada dari belakang. Maklum ini kecelakaan motor Akang ke-tiga jadi seketika refleks bangun menyelamatkan diri. Saat terbangun itulah Akang terkejut karena Akang SAMA SEKALI TIDAK BISA BERNAPAS, dada sakiiiiiiiiiit banget. Saat itulah tersadar something wrong with my body, langsung Akang bersujud sampil menggelepar-gelepar (menggelepar kesakitan refleks lho ya diluar kendali). Yang Akang sadari saat itu Akang harus bisa bernapas, karena kalau tidak asupan oksigen ke otak bakal terhenti dan bisa menimbulkan kematian.

“Ya Allah, Aku masih ingin hidup, masih banyak hal-hal yang ingin Aku lakukan buat keluargaku, buat istriku dan si kecil Dududku!”, “Astagfirullah!” , “Ya Allah, Aku masih ingin hidup, masih banyak hal-hal yang ingin Aku lakukan buat keluargaku, buat istriku dan si kecil Dududku!” ,”Astagfirullah!” , hanya kata-kata tersebut yang hanya bisa Akang katakan dalam hati sekaligus motifasi untuk bertahan.hidup… Sesaat kemudian Akang mulai bisa sedikit bernapas sekaligus kehilangan kesadaran,,,, dan tiba-tiba tersadar di UGD langsung ditodong pertanyaan oleh Perawat “Pak,,, masing ingat namanya siapa???” Memastikan apakah saya hilang ingatan atau tidak…

Skip,,, skippp, skip…. Lama nih kalau bercerita, yang Jelas Akang selamat.. Alhamdulillah, puji Syukur kepada Allah yang telah memberikan perlindungan-Nya!

Pasca Kecelakaan

Setelah di check, kondisi Akang pasca kecelakaan adalah sbb:

1. Tulang bahu kanan (clavicula) Patah
2. Tulang Rusuk kanan 1 buah retak dan sedikit dislokasi (ini yang buat sulit bernapas)
3. Luka luar sepanjang kaki kanan dan tangan kanan.

Biaya yang dikeluarkan untuk kondisi Akang yakni Biaya Pengobatan di R.S Hermina ~6 jt, Pengobatan tulang dll ~ 1jt.

Adapun kondisi si Kebo adalah sbb:

Kebo Rusak (Flasher & Cowling)   Kebo Rusak (Filter Oli)   Kebo Rusak

1. Oil Cover terlepas
2. Crack Case kanan rusak,
3. Crank Case kiri ada yang patah dikit.
4. Flasher lampu sen rusak
5. Fairing sebelah kanan baret dan patah
6. Ban depan gembos, entah karena apa.
7. Kuncian Box patah dan gak bisa dipakai lagi.
8. Stang bengkok dikit, 8. Knalpot bengkok
9. baret-baret kecil sepanjang body.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemulihan si Kebo sekitar 1.2 jt

Kondisi mobil kaya gimana? silakan check sendiri photonya.

Tampak Samping Tampak Samping Depan Tampak Depan Tampak Samping (Zoom)

Berdasarkan pengakuan Ibu-ibu pengendara Swift Merah (sebut saja namanya Bunga,, hehe), Bunga bilang sudah ngasih sen dari jauh dan Akang yang salah karena nabrak dari belakang! What theF**K!!! Oke lah emosi Akang sedang tinggi dan sedang terburu-buru saat itu, tapi Akang merasa adalah rider yang matang dalam berkendara, “fahami keadaan di depan kemudian puntir gas” bukan rider yang “puntir gas dulu kemudian fahami keadaan” dengan jelas melihat bahwa lampu sen baru nyala saat Akang tepat di ekor si Swift dan sekonyong-konyong belok tuh mobil dari jalur dua tanpa melihat spion terlebih dahulu! Akang juga seorang pengendara mobil juga jadi tahu gimana “seharusnya” kalau Akang pada posisi jadi pengendara Swift tersebut.

Spertinya Akang termakan ucapan sering mengata-ngatai “rider wanita tuh kalau jalan di tengan PELAN, kalau belok ngasih lampu SEN sesaat sebelum belok, prinsipnya kalau sudah kasih lampu sen tuh dia BENER!” what the F**K! (Ini pengalaman di jalan lho ya!!!)

Ya udah lah, namanya juga musibah.. Siapa sih yang mengkehendaki ini terjadi.yang jelas dari kecelakaan ini ada beberapa point yang Akang petik hikmahnya:

1. Lebih berhati-hati apabila melaju di jalur kiri! kalau nyalip “sebisa mungkin ya lewat kanan!”
2. Lebih menjaga emosi saat berkendara, sebisa mungkin apabila emosi sedang tinggi jangan berkendara deh, atau setidaknya cuci muka dan tenangkan diri sebelum berkendara (mau motor atau mobil sama saja!)
3. “fahami keadaan kemudian puntir gas” harus tetep dipegang teguh kebiasaan walaupun pada kejadian tertentu apabila memang sudah takdir terjadi kecelakaan hasilnya ya sama saja toh dengan rider yang “puntir gas dulu fahami keadaan di depan”

Terlepas siapa yang benar dan siapa yang salah, mudah2an hal ini menambah kedewasaan bagi kedua belah pihak.

Akang, 25 Oktober 2013

Antara Ninja 250 dan CBR 250R Mana yang Paling Cocok dengan Gaya Berkedaramu?

Artikel in adalah rangkuman obrolan antara Akang dan seorang calon pemilik Ninja 250cc yang lagi indent (sebut saja namanya “Meong” hehe sorry ya Bro,) di deket stand Honda salah satu mall Cianjur . Inti obrolannya mungkin bisa membantu orang yang lagi galau mau milih CBR250 apa Ninja 250 FI.

cbr250 big

Januari 2013, Akang ketika itu baru saja beres tanya-tanya simulasi kredit CBR 250R ke salah satu sales Honda

Meong: “Kang, mau beli CBR ya?”
Akang: “Insya Allah, kalau ada rezeki dan polda mengijinkan! hehe”
Meong: “Bukannya bagusan Ninja 250 ?! CBR modelnya ngegembung kopong gak berisi beda ma Ninja, Ninja suaranya knalpotnya khas, CBR sih kaya megapro, saya aja ngambil Ninja minggu kemarin, katanya lagi kosong bulan depan baru dikirim.”
Akang: “Suaranya n modelnya emang kerenan Ninja tapi kalau karakter mesin sih Akang lebih cocok CBR”
Meong: “Maksudnya gimana Kang?”
Akang : “Mesin CBR tarikan awalnya enak, betot gas dikit langsung ngacir, kalau ninja harus bleyer-bleyer dulu sampai rpm tinggi baru tenaganya keluar tuh!”
Meong: “yang bener aja, lebih cepetan Ninja lah!, seher nya (baca :silinder) aja dua tuh, masa kalah sama CBR”
Akang: “Kalau putaran atas di rpm tinggi sih jelas cepetan Ninja mas, tapi Akang gak butuh itu koq, yang penting enak stop n go, torsi gede biar kalau jalan-jalan ke puncak di tanjakan nyalip truk dan bus sekali betot dah melesat, trus beda harga lumayan tuh mengurangi jumlah cicilan, hahaha!”
Biar Meong gak merasa terserang dengan perkataan Akang terus akang tambahin
Akang: “Kalau Mas Meong sukanya trek-trekan, suara knalpot menggelegar stereo dua seher, motor dimodifikasi biar kaya MotoGP bagusnya sih Ninja! CBR cocoknya motor touring, modelnya kolot apalagi lampu depannya sebenernya gak suka (dah kaya celana dalam, wkwkwk!)

Obrolan tiba-tiba terhenti karena ceweknya (apa istrinya ya?) memanggil karena belanjanya dah beres tuh!

Perbandingan karakter mesin CBR vs Ninja

Dari obrolan di atas, dengan mudah dapat pembaca simpulkan bahwa Akang jauh lebih memilih CBR 250 dibanding Ninja 250R, Motor yang dari sebagian besar kalangan blogsphere dicaci maki gak akan bisa ngalahin Ninja 250 “hanya” karena single silindernya. Dilihat dari model sih jelas akang seneng banget sama Ninja 250 tapi dilihat dari spek mesin dan test ride langsung di lapangan Akang tidak ragu memilih CBR250 ketimbang Ninja 250.

Mesin single silinder CBR versus double silinder Ninja di mata Akang bukan suatu kelemahan, justru karakter mesin single silinder CBR 250R yang tenaganya keluar pada putaran rendah sesuai karakter berkendara Akang. Ketika nunggang si Kebo Byson rentang bukaan gas yang biasa Akang puntir ya sekitar 5,000 rpm s.d 7,000 rpm (udah bisa ngacir 70km/h versi speedo byson) dan itu cocok banget dengan CBR 250 dimana output power dan torsi puncaknya keluar di rentang 7,000 -8,500 rpm (lihat tabel perbandingan di atas deh!), apabila Akang menaiki Ninja 250R bisa dipastikan harus mengubah riding style yang sudah terbentuk selama 10 tahun (sejak bisa motor tentunya pake Supra-X dan Jupiter-Z). Di lihat dari bobot kendaraan CBR250 juga lebih ringan 11kg ketimbang Ninja 250, agak lebih gampang digeser2 di parkiran atau dimasukin ke dalam rumah (maklum masih rumah rajel alias rakyat jelata, garasinya kagak ada…kedepannya gak tahu nih, kayaknya pindah rumah, Siapkan cicilanmu !!! )

Untuk hawa mesin, ketika Akang test rideCBR 250  hawa mesin gak terasa panas, gak ada bedanya dengan si Kebo Yamaha Byson Akang sekarang. Sedangkan untuk Ninja yang pernah Akang coba yang tipe karburator, angin dari mesin sedikit terasa hangat (tapi kayaknya kalau Akang Bawa kerja dari Cibitung Bekasi ke Sudriman Jakarta bisa matang nih paha atas!) gak tahu kalau yang baru tipe FI ya,,, katanya sih sudah gak panas.

Seandainya akhir tahun depan seperti yang diberitakan Yamaha mengeluarkan motor 250cc, Akang sih berharap spesifikasi mesinnya dua silinder dengan power yang bisa diperoleh pada kisaran 9,000 rpm (CBR 250 pada 8,500 rpm dan ninja 250 max pada 11,000 rpm), kalau model dan handling sih percaya ma Yamaha, minimal sejajar ma Ninja 250 dan pasti lebih keren dari CBR250, (sorry Honda ya…) trus kalau bisa launchingnya di awal 2015 aja, biar tabungannya cukup dulu! hahaha…. Siapkan cicilanmu! (jangan lupa dana tabungan buat pendidikan anak, cicilan rumah, asuransi, cicilan mobil…. daaaaaan akhirnya gak jadi beli Motor 250cc! wkwkwkw, just keeding)

Akang, October 2013

Tungganganku III: Modifikasi Byson Berfairing ala Akang

Artikel ketiga yang Akang tulis khusus tentang si Kebo Merah (Bomer) yakni tunggangan Akang ini akan membahas modifikasi ringan yang diaplikasikan agar si Kebo bertransformasi jadi Yamaha Fazer si Super Touring. Apa aja sih ubahan dan modifikasinya, mudah-mudahan jadi inspirasi (kalau gak mau dibilang racun 😀 )

Byson perawan tingting (kiri) Byson berfairing fazer (kanan)

1. Fairing Fazer

Hempasan angin pada motor naked saat dipacu pada kecepatan tinggi adalah salah satu latar belakang Akang menambah fairing pada si Bomer. Pada kecepatan 80 km/jam lebih hempasan angin di dada terasa berat dan terus terang saja Akang tidak suka hal ini, mengurangi kenikmatan berkendara tuh.

Saat ini fairing yang ada di pasaran kebanyakan terbuat dari fiber dengan bentuk yang menurut Akang tidak cocok dengan garis body si Kebo. Oleh karena itu Akang memesan langsung fairing Fazer dari bro Protozz di kaskus, silakang sambangi lapaknya di sini.

Fairing fazer di Yamaha Byson, emang cocok dari sananya

Proses pemesanan sendiri lumayan lama, kira-kira 2 bulan dari mulai preorder sampai barang nyampe rumah, Akang sampe lumutan nungguin bro protozz ngirim nih barang, katanya sih sebelum ke Cengkareng barangnya jalan-jalan dulu keliling dunia,,, wewww..

Proses pemasangan yang seharusnya dilakuin di Jakarta akhirnya dicancel berhubung Akang sibuk jadi pengacara (pengangguran banyak acara), akhirnya si Fairing dikirim via pos dan dipasang di toko dan pusat accesories Asia Jaya daerah Cianjur. Dudukan fairing tidak langsung di las pada rangka tapi terlebih dahulu membuat dudukan pada frame dengan dilas, setelah itu dudukan original PnP pake bolt ditempel di dudukan tersebut… (sorry Akang gak nampilin gambarnya )

2. Modifikasi Jok

Satu hal yang Akang gak suka dari Yamaha Byson adalah strip silver pada jok dan busa yang tipis. Terus terang Akang sampai geleng-geleng kepala karena tipisnya jok si Kebo, koq bisa designer Yamaha Indonesia membawa mentah-mentah design dari Yamaha India tanpa perubahan sama sekali, udah suspensi belakang disetting keras (untuk keperluan handling) eh joknya dikasih busa tipis… cape deeeeh! ini terbukti dari banyaknya pemilik Byson menambah busa pada jok bagian belakang yang sering Akang temui terutama pada anggota bionic di kaskus.

Sebagai informasi, di tempat Akang modif jok Cianjur sini harga sarung jok berkisar dari 40 ribu sampai 60 ribu tergantung jenisnya, sudah termasuk ongkos jahit dan pemasangan. Sedangkan untuk modif seperti yang Akang lakukan ada biaya untuk penambahan busa dan biaya menjahit karena bentuknya yang agak jelimet dan tergolong baru di Cianjur :mrgreen:

3. Fairing Kucay dan Box K42

Untuk mengakomodasi keperluan touring Akang pasangkan braket kucay dan Box Kappa 42. Akang memilih braket kucay ini karena braket-braket yang tersedia di kawasan Cianjur hanyalah jenis fix braket (tidak bisa digeser) sementara yang Akang inginkan adalah braket yang bisa digeser-geser, sehingga saat riding sendirian posisi box dapat digeser sedikit kedepan agar beban tidak terlalu kebelakang yang bisa mengurangi handling akibat pergeseran letak titik berat ke arah belakang.

Yamaha Byson ditambah fairing, braket kucay dan Box K42

Pemilihan Box Kappa K42 karena alasana MURAH (dibandingkan Givi) dan muat 42 liter bisa masuk 1 helm full face dan 1 helm half face… Meskipun kenyataannya dalam box penuh terisi barang bawaan dan jas hujan, helmnya sih ditaruh diluar biasanya pake spiral lock seperti tampak pada photo di atas.

Untuk review lebih jelas tentang braket kucay di Yamaha Byson bisa kunjungi lapak masbro jopir.

4. Engine Cover

Seperti yang Akang tampilkan di atas fairing fazer hanya setengah di bagian atas saja (half fairing) sehingga tampak kosong di bagian bawah. Agar kelihatan berbeda dari Fazer di India sana Akang tambahkan engine cover hitam yang terbuat dari plastik abs. Sebenernya banyak sekali jenisnya part accesories engine cover untuk si Kebo, tapi lagi-lagi kebanyakan terbuat dari fiber,,, takutnya baru setaun dah getar, getas, cat retak2 dll deh padahal Akang mencanangkan menggunakan si Bomer setidaknya 3 tahun kedapan…

5. Striping pada Velg

Entah kenapa Akang menyukai velg yang memiliki striping 3M pada sisi-sisinya. Apalagi dikasih warna yang matching sesuai garis body keseluruhan,,, tampak manis deh… Nih penampakannya pada si Bomer

6. Penambahan jam digital pada dashboard

Sebenernya modifikasi ini idenya timbul secara tiba-tiba. Saat mau mengendarai si Kebo Akang berusaha melihat jam tangan, saat itu Akang merasa kesulitan karena letak jam tangan tertutupi jaket riding yang dikenakan… tiba-tiba aja muncul ide, kenapa gak pasang jam di dashboard… berhubung ada jam tangan tahan air nganggur, yaudah talinya Akang lepas dan jamnya ditempel deh di dashboard… Hasilnya lumayan (kalau gak mau dibilang jelek),, dan yang penting aspek fungsionalitasnya.

Mudah-mudahan modifikasi yang Akang lakukan cukup membantu atau jadi inspirasi modifikasi sesama pemilik Kebo dari Yamaha ini… [Akang]

Tungganganku II: Review Pemakaian Yamaha Byson di 2000 km pertama

Setelah hampir dua bulan ini Akang tidak menulis artikel ditengah kesibukan mencari kerja (sekarang lagi pengangguran nih! hikksss) akhirnya Akang punya waktu luang juga menulis review pemakaian  Yamaha byson di 2000 km pertama.

Mungkin sudah banyak yang mereview tentang si Kebo dari Yamaha ini, tapi tidak ada salahnya Akang review ulang khas corat-coret di blog Akang ini.

1. Akselerasi dan Kecepatan

Tidak diragukan lagi sodara-sodara, bahwa si Kebo emang letoy, lelet, lemot alias gak bisa lari kenceng! hahaha… Akang sih gak kecewa karena sebelumnya sudah banyak informasi akan hal ini lagi pula si Kebo lumayan lebih kenceng dari bebek kebanyakan koq. Buat para speed lover si Kebo Yamaha bukan pilihan bijak tapi kelemahan ini bisa ditutupi dengan riding quality khas touring yang berbeda dengan motor sport <250cc lain yang beredar di Indonesia. Mengenai riding quality ini akan Akang bahas di artikel terpisan mengenal riding position dan riding quality  kendaraan roda dua(mudah2an ada waktu dan kemauan nulisnya ya :mrgreen: ).

Si Kebo Yamaha Byson terasa loyo saat harus membawa penumpang, side bag dan box.

Pada saat riding sendirian tarikan si Kebo bisa dibilang cukup koq, untuk mencapai 60 km/jam tidak diperlukan waktu lama (subjektif menurut Akang), lewat speed segitu ya cukup menguras kesabaran untuk nambahinnya 😛 hal ini berlaku baik saat tidak membawa barang bawaan ataupun dengan tambahan aksesoris touring seperti box dan side bag. Tetapi saat si Kebo dikendarai berdua dengan boncengan ditambah side bag dan box maka penurunan performance si Kebo turun secara drastis.

Top speed yang pernah Akang raih dengan si Kebo adalah 106 km/jam  di track lurus yang lumayan panjang. Tapi top speed itu akang bukukan dengan syarat ketentuan berlaku,, hehe sbb:

1. Si Kebo mengenakan fairing fazer (penambahan berat sekitar 3kg dari versi original),
2. Tambahan braket kucay (berat cuy, ada 3kg kali ya!)
3. Berat rider 78kg (belum termasuk aksesoris rider dan jaket)
4. Asupan bahan bakar premium kondisi tanki lumayan penuh (tiga strip di speedometer).

Mungkin kalau kondisi original tanpa accesoris si Kebo bisa lebih dari 110 km/jam. Pada saat si kebo masih original bergaya street fighter Akang gak berani menggeber tunggangan lebih dari 90km/jam akibat hempasan angin yang terasa kuat di dada (takut masuk angin :mrgreen: ) Dengan penambahan fairing dan  adanya wind shield maka aliran udara dari depan tidak langsung mengarah ke dada tapi terbelah oleh fairing mengalir ke arah atas (kepala) sehingga efek tahanan angin di dada terasa minim sekali.

2. Handling 

Handling Yamaha Byson pada saat dipake di jalan raya pada keadaan normal menurut penilaian subjektif Akang  sih setingkat lebih tinggi dengan motor-motor sport kecil yang pernah Akang coba (diantaranya Suzuki Tunder 125, Yamaha Scorpio lama (new scorpio belum coba), Honda Tiger, Megapro lama (NMP belum coba), bahkan Vixion sekalipun). Body yang bongsor si Kebo terasa ringan saat dipake bermanuver di jalanan saat keadaan normal, namun pada saat kondisi jalan macet kenyamanan handling menjadi tidak terasa dikarenakan stang lebar dan body bongsornya menjadi ribet dibawa di kemacetan.

Sensasi handling Yamaha Byson akan sangat terasa apabila si Kebo ini diajak touring jarak jauh apalagi melewati jalanan berbukit-bikit dimana jalanan berkelak-kelok tiada hentinya. Jalanan penuh tikungan di jalur puncak Bogor-Cianjur, jalur Tagog Apu Cianjur-Bandung, dan jalur Bandung-Lembang pernah akang lewati dengan si Kebo, dan terbukti di habitat jalanan inilah si Kebo sangat bisa diandalkan dalam melibas tikungan… pokoknya nyaman banget dipake rebahan.  Hal ini hanya berlaku ketika si Kebo dikendarai sendirian baik tanpa ataupun dengan dilengkapi side bag dan box (akang pake kappa K42). Khusus saat dikendarai berdua apalagi saat dilengkapi sidebag dan box, handling dan kenyamanan si kebo melahap tikungan sebenernya relatif tidak berubah tapi ketika harus melakukan manuver rebah kiri dan kanan secara berurutan  dalam jarak yang pendek (menikung kiri – kanan berurutan) perubahan posisi manuver si Kebo terasa lebih berat.

3. Pengereman

Dengan cakram depan dua kaliper dan teromol di kaki belakang Akang nilai cukup oke menahan laju si Kebo baik itu saat normal braking maupun panic braking. Sejauh yang Akang alami saat riding rendirian, kondisi panic braking dari 80km/jam pun si kebo masih bisa dikendalikan. Sebagian orang mungkin tidak nyaman dengan kondisi rem belakang yang disetting tidak pakem  tapi bagi Akang yang riding stylenya menggunakan power pengereman rem depan 80% : dan rem belakang 20% hal ini bukanlah suatu masalah.

Masalah pengereman baru timbul setelah si Kebo dikendarai berdua dengan boncengan tuh apalagi disaat ditambah box dan sidebox,,,  terus terang aja jangankan untuk panic braking, pada normal braking aja remnya serasa gak pakem. Momentum kendaraan yang bertambah tinggi karena penambahan berat tidak bisa dihentikan sempurna sesuai  keinginan Akang. Rencananya untuk mengurangi kekurangan tersebut akan Akang pasang rear disk brake psm, seperti yang dilakukan bro jopir pada kebo tunggangannya.

Saat boncengan dan tambahan Box K42 feel dan jarak pengereman si Kebo tidak sesuai dengan yang diharapkan

4. Style

Tidak diragukan lagi kalau dilihat dari fisiknya si Kebo ini pantas menyandang predikat  keperkasaan tiada banding. Front fork  ukuran 41mm, ban gambot,  muscle fuel tank, dan garis body keturunan FZ1 membuat si Kebo kelihatan paling perkasa untuk motor sekelasnya (nyatanya loyo di dalamnya :D). Dengan daya tarik ini Akang yakin penjualan Yamaha Byson yang sejak February ini  produksinya ditingkatkan hingga 15 ribu unit/bulan bakal menjadi motor sejuta umat. karena itulah Akang melakukan beberapa perubahan dan modifikasi menjadikan si Kebo berubah menjadi Fazer dengan mendatangkan fairing original dari negeri  tuan takur biar gak sama dengan motor sejuta umat lainnya…

si Kebo dimodif jadi Fazer biar gak pasaran

5. Konsumsi BBM

Konsumsi BBM sangat tergantung dari jalur yang dilalui, karakter tubuh si rider dan riding style. Akang sendiri memilik riding style dengan kecepatan motor pada 50-80km/jam, tidak suka bleyer-bleyer tapi dikit2 betot gas untuk nyalip kendaraan yang dianggap menghalangi kenikmatan berkendara. Dengan riding style Akang seperti itu dengan metode hitung-hitungan konsumsi bbm sebagai berikut:
A. Riding sendirian dengan box = 38.9 km/liter
syarat dan ketentuan:
1. Mesin masih asli pabrikan tanpa dioprek sedikitpun
2. Body masih berupa si Kebo belum ditambah fairing Fazer
3. Tambahan braket geser kucay dan Box Kappa K42
4. Isi box sekitar 3-4kg
5. Berat rider 78kg (tanpa riding gear dan helm)
6. Bahan bakar PREMIUM (gak kuat beli pertamax :mrgreen: )
Jarak yang ditempuh 245.6 km dengan konsumsi premium 6.2 Liter
B. Riding dengan boncengan dan box = 36.9 km/liter
1. Mesin masih asli pabrikan tanpa dioprek sedikitpun
2. Body ditambah fairing Fazer
3. Tambahan braket geser kucay dan Box Kappa K42
4. Isi box sekitar 3-4kg
5. Berat rider 78kg dan boncengan 45 kg (belum termasuk riding gear dan helm)
6. Boncengan membawa tas dengan isi sekitar 2kg
7. Bahan bakar PREMIUM (teteeep gak kuat beli pertamax :mrgreen: )
Jarak yang ditempuh 339.3 km dengan konsumsi premium 9.2 Liter

Kedua pengetesan diatas Akang lakukan menggunakan trip meter Yamaha Byson. Pengujian konsumsi bbm Akang mulai dengan mengisi tanki si Kebo sampai penuh kemudian mereset trip meter pada posisi NOL. Perlu masbro semua ketahui tanki si Kebo sulit sekali diisi hingga penuh satu kali isi, tapi perlu kesabaran karena ketika terlihat sudah penuh eh ternyata permukaan bbm di tanki turun dan masih bisa diisi kembali,,,, cape deeeh,, dasar tanki kondom!!! pada akhir perjalanan atau dirasa cukup jauh Akang isi lagi premium sampai kondisi penuh, terus Akang catat jarak trip pada speedometer dan berapa banyak premium yang diperlukan…

Dengan menggunakan pertamax, kosumsi bbm sepertinya lebih irit lagi lho, sebagai referensi silakan kunjungi blognya IWB yang mendapatkan hasil 44km untuk setiap liter pertamax.

Sekian artikel corat coret kali ini,,,, pada artikel berikutnya Akang akan mencoba menebar racun modifikasi Byson menjadi Fazer dan ubahan2nya. [Akang]

KTM Duke 200 Sudah Siap Ngaspal di Jepang Harga 489 ribu yen

Duke 200 di Jepang dah siap dipinang nih masbro,,,, 489,000 yen atau bila dirupiahkan diperoleh angka 53.8 jt (asumsi kurs 1 yen = 110 rupiah) sungguh angka fantastis bila dibandingkan dengan harga di negeri produksi asalnya India yang tidak lebih dari Rp 24jt saja (kurang 130 ribu rupe)… Harga Duke 200 ini lebih mahal 49ribu yen (Rp 5.4 jt) dari Duke 125 yang sudah duluan mengaspal di Jepang. Penasaran? silakan kunjungi situsnya ktm di jepang sini, tp kalau pusing baca kanji gak ditanggung ya :mrgreen:

Penampakan KTM Duke 200 di situs KTM Japan

Masih mengharapkan KTM Duke masuk Indonesia dengan harga dibawah 40jt? hahaha Mimpiiii! Bagi Akang sendiri value KTM Duke 200 bila dibandingkan dengan model motor New Megapro dan Byson sebagai benchmark maka si Bangsawan tersebut gak boleh kurang dari 35juta,, (silakan baca artikel Akang yang ini!) Beli sesuai saku dan kebutuhan aja masbro,,, pengen yang praktis dan murah ya skutik entri level (mio-j, spacy, nex) mau motor laki yang murah ya beli Thunder 125, ada duitnya 20jt ya beli si byson atau NMP…

bagi yang gak tahu spek Duke 200 ini,,, berikut spek performance mesinnya
Engine                  : dohc 4 valve, water cooler, single silinder
Kapasitas mesin : 199.5 cc
BorexStroke        : 72 x 49 mm
Max Power          : 26 ps (19kW)/10,000 rpm
Max Torque        : 20Nm/8,000 rpm
Kompresi            : 11.5 : 1
Transmisi           : 6 percepatan
Berat                   : 126 kg
Ukuran Ban      : 110/70R-17; 150/60R-17
Ukuran Wheel   : depan 3 inch, belakag 4 inch
Kapasitas tanki : 11.0 liter
tinggi jok            : 810 mm

【Akang】

Feel Berkendara Moge DOHC Multisilinder Memang Beda!!!

Ini share pengalaman Akang yang biasanya hanya naik motor bebek sohc 115cc atau paling banter naik motor sport sohc 200cc terus pertama kalinya naik motor Yamaha XJR 400cc dohc 4-silinder.. Weww. Kaya gimana sih bedanya, nih ceritanya…

Salah satu motor yang Akang tunggangi semasa 4l@y Supra-X 2003 (sumber gambar bejubel.com)

Pada zaman sma sewaktu masih alay, Akang pernah memiliki Supra-X 2003 danJupiter-Z 2003 (sebenernya punya ortu sih :mrgreen: ) Kemudian pergi berkelana ke Bandung jadi mahasiswa dengan menumbalkan kedua tunggangan untuk biaya kuliah,,, dan selama mahasiswa itulah Akang resmi berstatus ATPM (Akang Tukang Pinjam Motor,, haha maksa ). Pokoknya bisa dipastikan semua motor keluaran 2003-2008 yang pernah dimiliki teman pernah Akang coba, kecuali motor 2 tak,,, gak tahu kenapa pokoknya gak suka asap dan suara garingnya 2 tak!

Pada satu kesempatan ketika training di Jepang, Akang mendapat pelatihan mengendarai aneka jenis motor di salah satu Lembaga Kursus Mengemudi Motor di Kakegawa. Yang Akang kendarai saat itu ada 4 jenis motor yaitu Scooter matic Majesty 250 dan Majesty 400, serta Motor Sport SR 125 dan XJR 400, keseluruhannya adalah produk Yamaha. Dari keempat motor tersebut yang paling berkesan adalah XJR 400 dengan mesin dohc empat silinder. XJR Akang kendarai setelah sebelumnya naik SR 125 yang secara feel berkendara tidak jauh berbeda dengan Suzuki Thunder 125 yang pernah akang pinjam sewaktu jadi ATPM :mrgreen: hanya saja riding position SR125 lebih nyaman karena punggung lebih tegak tanpa membungkuk sama sekali.

Ilustrasi SR125 yang Akang naikin kali ini dibandingkan Thunder 125 yang Akang naikin selama jadi ATPM,,, hehe

Dimulai ketika duduk di atas XJR, feeling berkendara terasa langsung beda dengan motor yang pernah Akang naikin, meskipun secara riding position sama aja kayaknya dengan Thunder 125 tapi dengan jok yang sedikit terasa lebih lebar dan tanki yang gede dengan bentuk classic JDM membuat Akang merasakan nuansa berkendara yang benar2 baru, padahal baru duduk doang lho! Nyaman, anteb dan terasa stabil banget terlebih lagi Akang yang tingginya 173cm dengan leluasa kedua kaki bisa menapak ke tanah.

Akang naik SR125

Setelah menghayati perbedaan riding position, langsung starter tuh motor,,, brummm, brummm, brummmm.. gila bangeeet, merdu suaranya,, empat silinder gitu loh!!! Walaupun sudah sering liat dan denger langsung motor multisilinder tapi feel-nya beda banget dibandingkan kita menaikinya langsung!
Berat Kosong    175kg
Kapasitas Tanki    18L
Rasio Kompresi  10.7:1
Power                53 PS @11000rpm
Max Torque      35 Nm @9500rpm
Mesin                 399cc dohc 4-silinder, air cooler
Bore x Stroke   55.0 x 42.0 mm
Setelah mesin hidup masuk deh sesi test riding, yang mana merupakan bagian test membuat sim bagi warga Jepang..Pertama kali adalah test maju beberapa meter dan melakukan pengereman, terus masuk track lingkaran beberapa putaran kemudian membentuk angka delapan, dan yang terakhir mengetes kemampuan manuver belok zigzag kiri kanan. Kesan pertama ketika tuas gas/throttle Akang puntir adalah `eh, koq galakan tenaga SR 125 ya, buka gas dikit aja langsung nyelonong,,,, si XJR ini malah alon-alon gitu. Selama mengendarai di track yang Akang jelaskan di atas terus terang Akang tidak merasakan perbedaan performance baik XJR dan SR125 ( ya iya lah pelan2 gitu bawanya!) tapi sepanjang test itu Akang mengagumi betapa nikmat dan stabil naik moge dan suara yang merdunya bikin kita gimanaaaa gitu!

Akang menghayati riding position XJR dan berusaha mengenal lebih dalam tentang si kuda besi!

Setelah melewati track dasar zigzag baru kemudian instruktur membimbing Akang ke track luar yang berbentuk persegi agak oval beberapa putaran. Di Kesempatan ini Akang berhasil melaju dengan si kuda besi sampe gigi 3 saja (karena pendeknya track, paling 100m dan harus segera braking masuk tikungan) top speed yang Akang peroleh antara 70-80km/jam saja kalau gak salah. Tidak terasa Akang menghabiskan waktu hampir 20mnt dengan XJR 400 sepanjang track yang Akan sebutkan di atas (membulat, angka delapan, zigzag, dan track luar dua putaran terus aja berulang-ulang)!

Akang dibelakang Junior nih, mau disalip eh gak boleh saling mendahului,,, weeww..

Sebagai Informasi, XJR 400 sudah disuntik Yamaha sejak 2009 karena regulasi emisi bahan bakar yang semakin ketat, Yamaha tidak mengembangkan
lebih lanjut si XJR karena kalah bersaing dalam penjualan dengan Honda CB400. CB 400 sendiri pada tahun 2011 merupakan top sales Honda di Japan Domestic Market (JDM). Sebagai biker enthusiast, Akang tentunya memimpikan memiliki moge multisilinder sekelas XJR 400. Sayangnya sekarang baru kebeli sekelas si Byson, keponakannya XJR (haha maksa!)

Yamaha XJR400 vs Honda CB400, Yamaha mengalah dengan menyuntik mati XJR400

Sekarang sih Akang cukup punya pramodelnya aja dah! Hahaha Keinginan memiliki moge Akang jadikan salah satu target hidup (jelas targetnya, gimana mencapainya dan kapan pencapaiannya) dan secara otomatis berhubungan langsung dengan pendapatan kita!!! Untuk mengejar pendapatan yang ditargetkan jelas Akang harus memantaskan diri menigkatkan kemampuan dong! Setidaknya hal itu Akang jadikan motivasi hidup yang positif dengan tetap menempatkan keluarga sebagai yang utama dan menjunjung tinggi rasa syukur pada sang Pencipta atas apa yang dianugrahkan-Nya 【Akang】

Belum punya aslinya, cukup pramodelnya saja...

Tungganganku I: Akang Memutuskan Meminang Fazer 150 (Byson Berfairing)

Kalau masbro mengharapkan artikel pencerdasan otomotif atau informasi seputar roda dua seperti artikel lain yang biasa Akang tulis,,, stop bacanya,,, Artikel ini hanya corat-coret bercerita tentang bagaimana Akang menentukan pilihan tunggangan roda dua…

Byson half fairing aka Fazer di India (sumber gambar http://www.oneprice.in)

Sesuai dengan judul artikel ini, Akang ingin bercerita tentang pengambilan keputusan meminang Fazer sebagai persiapan kembali ke Tanah Air  pertengahan bulan Maret nanti. Artikel ini sekaligus mengawali cerita Akang dengan si kuda besi pilihan yang rencananya akan Akang pake paling lama sampai 2015. Di 2015 nanti Akang  menargetkan level UP dalam hal pendapatan dan harus memungkinkan bisa membeli motor 250cc… Insya Allah.. Kebeli motor 250cc berarti tolak ukur kemapanan keluarga, bukan berarti belabelain kredit/beli motor 250cc tapi masih belum punya roda empat atau rumah tetap.. (Konsumtif kah? Tergantung dari sisi mana masbro menilai target Akang tersebut)

Lho koq Fazer Kang? Fazer yang mana, bukannya Fazer 150 hanya dijual di India sana? Bukannya dulu bilangnya mau menunggu si Avenger 220 Kang? Kenapa gak nunggu Honda Trellis atau New Tiger Kang? Kenapa gak Vixion aja Kang? Terus terang banyak pertanyaan2 tersebut ditanyakan temen2 yang mengetahui Akang telah meminang sebuah motor 150cc…

Apa itu Fazer 150? Yang Akang maksud Fazer 150 itu adalah Byson dengan tambahan fairing Fazer original dari India sana. Bysonnya sendiri sejak February ini sudah gak inden lagi, Awal February Istri Akang sudah memesankan Byson warna merah (Akang kasih nama Kebo Merah = Si Bomer) sekarang sih si Kebo Merah sudah ngandang :mrgreen: Untuk Cowling Fazer Akang pesan dari salah satu kaskuser (id kaskus: protozz,,, katanya masih satu atap sama modifikator bro aim) yang juga menyediakan fairing original dan part R15, sekarang dalam tahap menunggu barang dari india sana,, acha, acha.. Untuk beberapa minggu sih kayaknya bakal Akang nikmati dulu si Kebo Merah Byson,,, baru setelah puas akhir Maret nanti pasangin fairing Fazernya ke workshopnya Agan protozz di Jakarta.

Kaya gimana sih Byson Indonesia ditambahin fairing Fazer original dari India, nih salah satu penampakannya diambil dari lapak Agan protozz kaksus..

Dalam artikel yang lalu Akang pernah bercerita kriteria Akang memilih sebuah motor diantaranya:
1. Dipakai harian Rumah-Kantor jarak 20km (PP 40km)
2. Irit, konsumsi BBM >40km/l jenis pertamax juga gpp.
3. Cocok kalau ditambah Box tambahan untuk pulkam atau touring jarak jauh berdua ma istri ( Istri sendiri ya, jangan istri orang lain :mrgreen: )
4. Tenaga dan Kecepatan gak kalah sama bebek dan matic biasa.
5. Harga max 25 jt (termasuk modifikasi ke ban kaki2 lebar, depan 100/80-17 belakang 120/70-17)
5. Gak banyak yang punya. hehe alias bukan motor sejuta umat, biarpun murah tapi yang pake dikit (bukan Vixion dan NMP)

Lho koq bisa dengan kriteria di atas milih Byson Kang? Si Kebo kan sekarang jumlah produksinya banyak dan dari segi harga termasuk motor sport entry level,,, nantinya jadi motor sejuta umat dong? Nah,, agar si Kebo gak jadi motor sejuta ummat, makanya ditambahin fairing Fazer… Fairing original dari negeri tuan takur, dijamin orang lain gak banyak yang punya :p dari segi budget pun dengan penambahan fairing masih dalam toleransi… Yang bikin Akang kesengsem adalah tampang setengah fairingnya yang beraroma Touring banget!!! Bayangin aja nantinya saat ditambahin box,, weittss Kebo Merah siap menjelajah negeri :mrgreen: Maunya sih CBR 150R tapi sayang ah, untuk keadaan sekarang uangnya mending ditabung dulu buat nyicil rumah dan roda empat di tahun2 mendatang dan di 2015 nanti upgradenya terasa bermakna banget 😀

Kira2 beginilah kalau Fazer dibuat mode touring ditambah kotak box es cendol dan rice coocker (sumber: website yamaha incolmos colombia)

Kenapa gak nunggu si Avenger 220 Kang? Pengen sih, berhubung gak ada kabarnya yaudah gak usah ditunggu deh! Lagian setelah dipikir2 motor yang Akang beli harus memiliki availability 100% dalam artian jangan sampai ada masalah sedikitpun dan kalaupun ada jangan sampai motor gak bisa dipake karena part untuk memperbaikinya gak ada atau harus inden. Hal ini disebabkan tunggangan Akang satu2nya modus tranportasi yang Akang punya ketika nanti kerja di Jakarta! (kalau di Kampung sih ada motor cadangan) Meskipun Avenger sungguh menggoda satu2nya chopper murah di Indonesia, sayang karena produk BAI dengan berat hati Akang jatuhkan pilihan motor pertama pada produk2 Jepang saja! Seandainya Avenger produk TVS mungkin ceritanya lain ya…

Kenapa gak nunggu Honda trellis dan New Honda Tiger? Wahhh,, butuhnya juga Maret ini, kelamaan nunggu yang gak tahu kapan keluar dan bagaimana bentuknya. Terus kenapa gak beli Tiger atau Scorpio? Alasannya karena Tiger pasti bentar lagi disuntik mati, Scorpio boros dan kemahalan soalnya kalau modif ban lebar 17inch jadi over budget!!! Kenapa gak Vixion? Ogah ah motor sejuta umat!

Sebenernya ada pilihan lain sih yaitu Thunder 125.. Selama Akang jadi ATPM (Aku Tukang Pinjam Motor) selama jadi mahasiswa sering minjem Thunder 125,,, Tenaga ya seadanya, tapi yang bikin illfill sih bukan powernya melainkan bentuknya, Thunder sekarang dah banyak berubah jadi sporty gitu,, Akang gak suka!!! Mending Thunder lama yang lebih klasik, terus kaki2 dimodif velg jari2 tapak lebar tank tanki dikasih kondom biar lebih klasik JDM… Kalau designnya sport ya sporty sekalian, atau klasik sekalian.

Byson Fazer lagi becek2an

Fazer sendiri adalah motor setengah fairing merupakan sesuatu yang aneh bagi orang Indonesia, karena dinilai gak terlalu banyak peminatnya atau alasan2 lain tertentu YIMM hanya mau menjual fersi FZ16 (byson) tanpa menghadirkan versi Fazer. Padahal di banyak negara seperti Argentina, Colombia dan India sana model setengah fairing Fazer kayaknya cukup diminati…

Aroma Touring Fazer:
Salah iklan commercial Yamaha India yang membuat Akang semakin yakin untuk meminang si Kebo dan merubahnya jadi Fazer…

Dari iklan di atas kita ketahui byson Fazer memang tidak dirancang untuk berlari di high way India atau keperluan balap2an, tapi untuk keperluan santai akhir pekan bareng anak, pacaran, nyari ide pemotretan, jalan2 di pegunungan dll. Kalau ada yang nyindir si byson lemot??? Emang Akang pikirin… 😛 Ntar deh beli 250cc yang kencang di 2015…. Nunggu Ninja 250R facelift generasi terbaru :mrgreen:  【Akang】

Fazer16 dalam expedisi jelajah negeri Colombia (sumber rutafazer16.incolmotos-yamaha.com)

Penghasilan keluarga masih 5juta/bulan? Masih Belum Pantas Punya Motor 250cc?

`Kang, Penghasilan keluarga  dibawah 5jt/bulan kayaknya impossible punya motor 250cc!` bermula dari ucapan temen Akang tersebut inilah artikel ini dibuat. Bener gak sih pernyataan tersebut? yuk kita bahas satu-satu dimulai dari besarnya penghasilan, besarnya kebutuhan dan jatah yang tersisa untuk pembelian motor 250cc…

Penghasilan keluarga yang Akang maksud adalah penghasilan gabungan antara suami dan istri atau suami saja dengan istri hanya sebagai ibu rumah tangga (tanpa penghasilan). Artikel ini gak berlaku bagi masbro yang masih single ( yang masih pengen sendiri atau emang gak laku :mrgreen: )  penghasilan keluarga 5juta/bulan dalam setahun berarti 5jt x 12bulan = 60jt (THR dan Bonus tahunan gak dihitung ya!)

Agar lebih mudah dimengerti dalam menghitung kebutuhan keluarga, Akang coba analisis dari contoh kasus saja ya. Kondisi yang Akang analisa mungkin berbeda jauh dengan keadaan masbro,,, ini hanya sebagai contoh saja ya…

Arjuna dan Srikandi merupakan pasangan yang baru menikah, sudah memiliki rumah tetapi masih kredit dengan masa waktu 15 tahun cicilan perbulan 1jt. Arjuna bekerja sebagai seorang engineering  junior dengan total penghasilan 3.5 jt (gaji+tunjangan) sementara Srikandi bekerja sebagai operator dengan penghasilan senilai UMK 1.5jt. Total penghasilan keduanya adalah + 5jt/bulan. Mereka berdua bekerja di perusahaan manufaktur biasa sehingga tidak mendapatkan bonus tahunan tetapi hanya mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) saja.

Arjuna merupakan orang terdidik dan merasa perlu memproteksi dirinya sebagai kepala keluarga dengan asuransi senilai Rp. 300,000/bulan dan menyisihkan untuk tabungan keluarga senilai Rp. 500,000/bulan.

Arjuna menggunakan motor sebagai alat transportasi ke kantor menghabiskan bensin 1liter pertamax/hari sedangkan Srikandi naik bis jemputan perusahaan setiap harinya. Karena kesibukannya Srikandi tidak sempat masak sehingga setiap pagi mereka berdua sarapan bubur atau roti panggang yang kira-kira menghabiskan Rp 5,000/orang, makan siang disediakan kantor kemudian makan malam membeli nasi goreng dkk sekitar rp 10,000/orang. Mereka berdua menyukai film dan kuliner sehingga setiap hari minggu menghabiskan Rp 120,000 untuk refreshing dan makan di luar rumah.  Khusus untuk hari sabtu mereka menghabiskan waktu beres-beres rumah dan bersosialisasi dengan tetangga dengan kebutuhan makan Rp 40,000 berdua karena masak sendiri.

Pengeluaran rutin rumah mereka meliputi internet, listrik dan air sebesar  Rp. 350,000/bulan. Pemakaian pulsa total untuk berdua sebesar Rp 200,000/bulan. Biaya rutin untuk pakaian, sepatu, peralatan mandi/kebersihan dianggarkan Rp. 150,000/bulan setiap orangnya. Biaya perawatan motor Arjuna misalnya pergantian oli dan jatah bayar pajak dialokasikan Rp. 100,000/bulan.

Dengan kondisi di atas apabila motor Arjuna yang sekarang dijual seharga Rp 15 juta dan menggantinya jadi 250cc apa bisa kebayar cicilan perbulannya?

Yuk kita hitung berapa sisa dari penghasilan Arjuna dan Srikandi…

Dari hitung2an Akang di atas hanya tersisa Rp 758,000. Nominal tersebut belum termasuk dana tak terduga ataupun pengeluaran lain misalnya pengeluaran rokok (bila Arjuna merokok tentunya) belum lagi apabila Arjuna dan Srikandi memiliki tanggungan lain seperti orang tua yang rutin harus dikirimi uang! ciaaaa abis dah!!! Apa Arjuna masih kepikiran upgrade motor ke 250cc?

Dari situs www.hondacengkareng.com per Februari 2012 Akang dapatkan informasi untuk kredit CBR 250R non-ABS yang harga cashnya Rp 40,200,000 apabila dikredit dengan DP 15 juta diperoleh beban kredit paling rendah Rp 1,282,000 yang harus dibayarkan selama 34 bulan… Jelas Arjuna gak bisa bayar toh 😦 Lebih baik sisa uangnya dipakai untuk investasi calon si kecil atau hal2 lain yang sifatnya tidak konsumtif…

Yang Akang uraikan di atas mungkin berbeda dengan masbro yang misalnya sudah memiliki rumah tanpa harus bayar kredit atau memiliki orang tua yang siap mengucurkan dana apabila masbro minta apalagi kalau masih lajang ya :D 【Akang】

Request Bro Elvis Gorontalo: Motor Harian Premium Terbaik Rentang 30jt-40jt

…. jadi kayak gini pertanyaannya (tolong kasih pandangan ya bro ) : untuk harga 30 sampai dengan 40 juta… motor yang paling pas dengan badan ane 178 cm berat 70kg (umur 29 thn) kira2 motor apa ya??? motor ini rencananya bakal di pake buat harian (rumah-kantor, dll). sampe skarang yang ane tau di harga segitu pilihannya : CBR 250r, CBR 150r, Ninja KRR (2-tak). trus trang ane bingung+stress+dll dalam beberapa hari ini……tolong dibantu ya!!!!!!!!!!!

Kalimat di Atas adalah pertanyaan dari Bro Elvis Charles Deu dari Gorontalo. Di tengah kejenuhan dan stress pekerjaan akhirnya semangat menulis di blog kembali muncul.. minimal memberi sedikit informasi seorang pengunjung blog Akang ini 😉

Untuk motor premium (premium menurut mayoritas masyarakat Indonesia) yang ada di kisaran 30-40jt sekarang adalah CBR 150 (33 jt), CBR 250 (40 jt) dan New Ninja KRR (34.3 jt) itu adalah OTR di Jakarta ya,, di Gorontalo sana  jelas harganya lebih tinggi karena ada biaya transport dan pajak daerah, mungkin lebih mahal sampai 2-3jt kali ya… (Maaf ya Megelli 250 tidak Akang masukkan karena berbagai alasan!) Sekarang akan Akang bahas satu persatu dari ketiga model tersebut berdasarkan pengetahuan yang Akang punya dan data2 spesifikasi yang ada.

Model baru dan Motor Baru 30-40jt beberapa bulan mendatang.
Sebelumnya Akang bahas dulu beberapa model baru dalam rentang 30-40 juta.. Seperti sudah kita tahu dari berbagai media pihak Suzuki mengkonfirmasi akan menghadirkan GW250 di 2012 ini, sepertinya paling lambat pertengahan tahun (untuk data lengkap dan spesifikasi perbandingan dengan CBR 250 silakan lihat di sini) Sedangkan untuk model facelift akan hadir New Kawasaki 150RR. Ninja 2 tak ini menurut informasi yang Akang dapatkan tetep menggunakan mesin yang sama, hanya terdapat perubahan cover body luar saja.
Untuk yang ada waktu sampai pertengahan tahun mungkin lebih bijak ditunda dulu beli motornya kali ya, nunggu kemunculan GW250,, tapi bagi yang ngebet sekarang pilihannya terbatas pada cbr 150r, cbr 250r dan Ninja 150KR.

Sisi Design dan Style Motor

Dari Sisi design ketiga motor merupakan model full cowling (berfairing) CBR 150R dan CBR 250R yang merupakan model paling baru sepertinya lebih unggul (di mata Akang ya!!) ketimbang gaya full fairing klasik Ninja 150RR bahkan New Ninja 150RR pun masih kalah style dibanding CBR-series. Seandainya masbro beli Ninja 150RR sekarang, dalam satu dua bulan kedepan ketika ada 150RR baru maka akan semakin kelihatan jadul saja..  TAPIII… hal ini bukan masalah kalau masbro suka design klasik Ninja 150RR yang sekarang. Dalam hal selera, jangan dengerin kata orang,, toh kita sendiri yang mersakan kepuasan.

Gambar New Ninja 150RR didapat dari asmarantaka.wordpress.com

Coba perhatikan gambar di atas masbro, gaya Ninja 150RR yang baru terlalu memaksakan niru Ninja 250 sehingga tidak ada harmonisasi antara tanki, garis cowling/fairing depan dan body belakang. Kalau dilihat secara perbagian mungkin bagus tapi bila dilihat secara motor keseluruhan jelas acak2an.. Jauh banget dengan cbr-series dimana design keseluruhan merupakan suatu kesatuan harmonisasi yang unik dan berkelas.. IMHO

Berat, Dimensi Motor dan Riding Position

Berdasarkan tinggi badan Elvis Charles Deu yang 178cm, 70kg Akang pikir sih dari riding position cocok menggunakan motor apapun baik cbr-series ataupun ninja 150KRR.. Tidak satupun yang ketinggian. Kalau soal riding position bisa dipilih sesuai selera. Ninja lebih ke sport dengan posisi berkendara lebih nunduk dibanding cbr-series yang beraroma motor harian dengan posisi berkendara lebih tegak (cbr 250 dan cbr 150 memiliki riding position yang hampir sama percis).. Kalau untuk harian yang mengutamakan kenyamanan dengan sesekali touring jelas Akang saranin pilih cbr-series. Tapi kalau masbro suka menggenjot adrenalin sejak gas dipuntir, jelas Ninja 150RR memberikan sensasi riding position sporty yang diperlukan,, tapi dijamin mudah lelah dan gak nyaman dibawa touring dan harian di lingkungan macet.

Dari kecocokan tinggi dan berat badan 178 cm berat 70 kg perawakan tinggi langsing, kayaknya lebih cocok dengan Ninja 150RR yang memiliki berat kosong 128 kg (paling ringan diantara ketiganya) disusul cbr 150 dengan berat kosong 138 kg, body cbr 150R sedikiiiit lebih kecil daripada cbr 250 yang berat mencapao 161 kg, kalau sekilas sih kedua cbr gak akan kelihatan beda, baru kalau dijajarin kelihatan bedanya! Faktor berat motor ini akan terasa kalau masbro parkir atau masuk keluar gang. Apalagi seandainya masbro kerjanya di lapangan sering berpindah tempat dan harus parkir di berbagai tempat, jelas body yang ringan lebih Akang saranin. Kalau kerjanya Cuma di kantoran masuk pagi pulang sore,,, frekuensi parkir Cuma sesekalai,, motor berat juga gak
masalah kali ya… :mrgreen:

Feeling dan Kenikmatan Berkendara (Performance??)

Untuk hal kenikmatan berkendara jelas berbeda2 tiap orang dan tergantung cara berkendara juga. Apalagi dari ketiga motor di atas karakternya berbeda semua. CBR 250R memiliki power dan torsi yang besar rpm rendah dan menengah (Max Power 27PS @8,500rpm Torsi 23Nm @ 7000rpm) dengan bukaan throttle gas sedikit pun dengan ringannya bisa ngacir dengan top speed lebih dari 150km/jam. Bagi pemakai harian yang sesekali touring jauh dan suka kebut2an Akang saranin banget. Kelemahan karakter mesin putaran rendah ini bagi orang Indonesia adalah suara yang dihasilkan,,, walaupun 250cc dan mesin dohc tapi sama aja suaranya dengan new megapro 150cc sohc karena beroperasi pada putaran rpm yang hampir sama :mrgreen:

CBR 150 berbeda dengan CBR 250 disetting untuk mengeluarkan power di putaran mesin tinggi ( 17.8PS @10,500 rpm) cocok bagi yang suka kebut2an pada high rpm… Kelemahannya ya lemah di putaran bawah. Kalau masbro pernah memakai Yamaha Vixion mungkin bakal merasa cbr 150 lemah ketika start lho (Meskipun sama-sama 150cc, Vixion disetting pada rpm rendah dan menengah seperti halnya cbr 250). Perlu masbro ketahui bahwa mesin dohc 150 juga dipakai Suzuki Satria dengan power yang lebih rendah ketimbang cbr 150, tapi dengan body Satria fu yang kecil membuat motor ini lebih lincah di akselerasi awal, tapi jelas kalah stabil saat kecepatan tinggi karena body bebeknya inferior dibanding body motor sport cbr 150 CMIIW. Nilai positif bagi mesin dohc cbr 150 yang berkarakter putaran tinggi adalah kepuasan saat motor di putaran tinggi, apalagi ketika knalpot sudah diganti dengan aftermarket. Feel berkendara ketika knalpot meraung di putaran 9-10 ribu rpm dibandingkan 7,000 rpm motor lain dengan speed yang sama feel berkendaranya sangat berbeda!!! dan itu kenikmatan tersendiri bagi rider cbr 150…

Untuk Ninja 150 RR performa tak diragukan lagi. Walaupun 150cc tapi power sangat mumpuni 30.1 ps @10.500 rpm Torsi 21.6 Nm @9,000 rpm bahkan mampu mengungguli CBR 250R. Kenikmatan terbesar mengendarai Ninja 150 adalah saat mekanisme super kips bekerja di putaran tinggi (7000-8500rpm???) dimana terjadi kenaikan power secara signifikan dan menimbulkan sensai yang berbeda dibanding mesin 4 tak. Kenikmatan dan sensasi lain yang didapat dari mesin 2 tak adalah suaranya yang garing, tapi ini sekaligus jadi kelemahan karena banyak orang misalnya Akang sendiri benciiiii banget ma suara mesin 2 tak 👿

Untuk performa Akang gak bisa kasih rekomendasi, kembali ke individu masing2 lebih suka yang mana… Seperti yang Akang tulis di atas semua ada keuntungan dan kekurangannya.

Sisi Teknologi dan Jaminan Sparepart
Secara umum ninja 150 menggunakan mesin teknologi 2-tak yang konon berdasarkan info yang Akang dengar sih Cuma ada di Indonesia. Teknologi  ini tidak ramah lingkungan dan kemungkinan besar tidak akan bertahan seandainya kebijakan Euro 3 diberlakukan. Bisa jadi sebuah berkah karena masbro memiliki motor 2 tak generasi terakhir atau juga suatu musibah seandainya motor discontinue dan ketika ada masalah masbro kesulitan mencari sparepart. Tergantung masbro melihat dari sudut pandang mana. Ya walaupun setelah discontinue pabrikan wajib menjamin ketersediaan part 10 tahun mendatang dan strtuktur mesin 2-tak bisa ditangani bengkel pinggir jalan sekalipun,, kekhawatiran ketiadaan sparepart pasti ada.

Sebaliknya cbr-series apalagi cbr 250 menggunakan teknologi mesin 4-tak generasi terbaru Honda global. Terutama penggunaan sistem injeksi yang ramah lingkungan sudah lolos regulasi Euro 3… sehingga lebih terjamin di masa mendatang baik sisi service maupun suplai sparepart. Hal negatif dari teknologi ini adalah apabila di Gorontalo sana service center Honda belum siap menangani nih motor… Walaupun saya yakin di tahun kedua pemasaran
cbr 250 sepertinya bengkel resmi Honda pasti sudah sangat siap,, sekali lagi
kekhawatiran pasti ada toh 😉

Fuel Consumption
Hmm,, maaf nih ya, mau sedikit nyindir temen Akang yang mau beli cbr 150R tapi mau ngasih minum premium dan memikirkan keiritan. Jangan pernah pikirkan effisiensi bahan bakar bila masbro beli motor premium di atas 30 juta. Kalau masih mikirin hal ini mendingan lebih baik masbro pikir ulang deh untuk beli motor kelas ini, karena berarti kebutuhan pokok hidup yang lain masih harus diperhatikan dan artinya masbro maksa2in beli motor ini! IMHO.
Yang ingin Akang bahas adalah pemilihan konsumsi bahan bakar. Berhubung bro Elvis ada di Gorontalo Akang gak tahu apa suplai bbm pertamax disana lancar atau tidak.. Hal ini dikarenakan cbr 250 direkomendasikan menggunakan pertamax, pun juga dengan cbr 150,, tapi keuntungan cbr 150R ini adalah adanya sistem injeksi khusus untuk Indonesia dimana timing pengapian bisa menyesuaikan bila terpaksa disuplai bbm premium… (ingat ya premium buat warga yang memerlukan subsidi, bukan untuk masbro yang kebeli motor 30jt ke atas!) kalau Ninja 150RR rekomendasinya memang menggunakan premium karena kompresinya yang rendah… CMIIW

Kesimpulan
Kalau masbro senang dengan sensasi suara mesin 4-tak di rpm tinggi cbr 150R pilihannya, lebih ringan dari CBR 250 dan masih bisa dikasih minum premium sayang kurang menggigit di putaran rendah dan dari segi performance paling rendah dibanding 2 motor lainnya. Kalau masbro suka kebut-kebutan mompa adrenalin, tidak terlalu concern pada lingkungan, tidak memikirkan kalau dalam 3-4 tahun mendatang mesin 2-tak bakal distop produksinya, senang suara knalpot garing 2-tak, suka motor yang ringan gak ribet,, Ninja 150rr pilihannya, Secara pribadi nih kalau Akang disuruh milih… pilihan terbaik adalah CBR 250R . Style, Performance, Teknology dan Gengsi semua dapet… sebanding dengan harga yang dikeluarkan.. IMHO Meskipun bodynya berat,, buat masbro Elvis yang tingginya 178cm sepertinya gak jadi halangan kan apalagi di Gorontalo gak ada macet kaya di Jakarta… 😉

Yang Diterima Konsumen Kita Bukan TVS Metro ataupun Apache RTR 180 ABS Tapi RTR 250FX

Artikel ini Akang tulis setelah membaca dua artikel blogger kondang Triatmono (dikenal dengan sebutan Mas Tri) dan proud2ride (P2R) dimana keduanya memiliki dua pandangan yang bertolak belakang mengenai TVS Metro yang konon akan diperkenalkan ke Indonesia. Mas Tri berpendapat bahwa selera orang Indonesia tuh priyayi, si Metro bakalan susah diterima masyarakat Indonesia,,, sedangkan P2R berpendapat bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan kendaraan roda dua yang murah dan terjangkau di bawah 10jt. Lalu gimana Pendapat Akang???

Sumber gambar : TMC blog

`Masukin TVS Metro? Product Planning TVS Indonesia Payah atau Pesanan Indihe nih!?`

Coba masbro liat photo di atas? Apa kira-kira masuk selera orang Indonesia sekarang ini? Akang jungkir balik nilai nih motor dan coba evaluasi dari sudut orang2 dengan level pengasilan ekonomi kelas bawah tetep aja gak bisa nemuin titik terang si Metro 100cc ini bakal diterima di pasar Indonesia.

Dilihat dari segi model motor, orang Indonesia tuh seleranya terbawa dengan arus zaman, gampang bosen dengan yang lama dan lebih menyenangi model baru. Bisa dibilang TVS Metro ini bertampang jadul dan aneh, bukan klasik yang eksotis,,, terbukti model2 kaya gini sudah mulai dilupakan, contohnya si Thunder 125 sekarang sudah tidak laku di pasaran kan,,, padahal harganya kompetitif dibandingkan motor bebek lho!

Dari segi performance pun meskipun berbentuk motor sport tapi mesinnya masih 100cc, tenaga yang dihasilkan tidak lebih dari 5.5 kW dan torsi 7.5 Nm, sebagai pembanding Mio sporty aja yang notabene skuter matic dirancang buat kaum hawa tenaganya 6.14 kW dan torsi 7.84Nm.. Dipake ngojek juga gak ada tenaganya lho! Apa yang mau dibanggain dari nih motor…

Konsumen yang dituju kelas mana sih? Apakah bisa nih motor dibandrol di bawah 10 juta? itu yang jadi tanda tanya Akang. Masyarakat kelas ekonomi bawah pun kayaknya ragu meminang nih motor dimana imagenya `murah` diartikan murahan, gampang rusak, dan TVS masih dianggap merk China.. (seriusan nih,, Akang aja 2 tahun yang lalu nganggap TVS tuh produk China :mrgreen: )

Akang dibesarkan di lingkungan kalangan ekonomi rendah lho, jadi tahu mindset dan pola pikir mereka. Biasanya kelas ekonomi bawah, tukang ojek dsb lebih memilih produk yang sudah terbukti kehandalannya terutama dari merk Jepang daripada merk gak jelas macam TVS, dan pastinya milih yang secara model sesuai perkembangan terbaru. Alternatif lainnya adalah membeli motor second… Lain ceritanya kalau nih motor dibandrol di bawah 8 juta (tapi itu kayaknya gak mungkin),, terus TVS konsentrasi 100% fokus di motor murah dengan terus membangun 3S dan bisa menghilangkan image mocin.

Kayaknya orang-orang Product Planning TVS juga sudah tahu akan hal ini deh! terus apa ini pesanan orang2 Indihe sana tuk masarin nih motor di mari? Atau emang ada strategi lainkah? Kita simak aja bareng2 langkah TVS masbro 😉

Akang bersuara kaya gini bukan karena gak suka TVS, tapi hanya mau bilang bahwa konsumen kita layak mendapatkan yang lebih baik… Syukur2 kalau TVS Metro laku,, kalau gak laku dan misalnya dalam beberapa tahun gak beredar lagi bisa dipastikan masyarakat yang udah terlanjur membeli akan kesulitan mencari part-partnya,,, apalagi konsumen motor jenis ini adalah konsumen kelas bawah yang biasanya menggantungkan hidup mereka dari tunggangannya. kasian kan!

Lalu Apa Yang Harus Dilakukan TVS Indonesia?

Bukan TVS Metro ataupun RTR 180 ABS,, melainkan RTR 250FX

Desak TVS Pusat Masukin TVS RTR 250-fx ke Indonesia

`Leading manufacturer of high value of money`sebagai mission statement TVS tidak akan pernah terwujud apabila produk yang ditawarkan tidak mengerti akan keinginan konsumen. TVS memang berhasil mengembangkan TVS Tormax untuk pasar Indonesia tapi produk2 lainnya yang dijual di sini Akang nilai secara mentah-mentah mengambil platform motor dari India sana. Dalam hal ini Akang merasa perlu ada R&D khusus agar platform dari TVS pusat sana mengalami modifikasi agar bisa diterima masyarakat kita. Produk Jepang di India sana seperti FZ16 aka Byson dan Honda Dazzler aka Megapro bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat kita bukan semata karena Yamaha dan Honda tapi karena designnya cocok juga dengan orang Indonesia…

Bila Akang perhatikan di situsnya TVS India, rasa-rasanya gak ada satupun produk India yang bener2 bisa diterima di pasaran kita sekarang ini lho! Seandainya Apache RTR 180 ABS dimasukin ke Indonesia bahkan dengan pricing rendah sekalipun, Akang yakin gak bakalan laku tuh,,, Tapi ada satu varian yang menurut Akang bakal cukup diterima nih. TVS RTR 250-FX.

TVS RTR 250FX di Ajang Outo Expo 2012

TVS RTR 250FX memang baru sebatas diperkenalkan di Auto Expo 2012 di India sono, tapi Akang yakin kesiapan untuk diproduksi tidak lebih dari 6 bulan lagi (pengalaman sebagai manufactur engineer nih!) Apache RTR 180 mungkin lebih mudah masuk ke Indonesia dibanding RTR 250fx tapi berkaca dari Apache RTR 160 yang secara model 11-12 kayaknya penjualan RTR 180 juga bakal gitu2 aja… Sedikit rubahan pada RTR 250FX agar bisa dibuat on road dengan dua tipe yaitu seri dirtbike dan supermoto kayaknya bukan sesuatu hal yang sulit untuk ngaspal di mari IMHO 😉

Motor jenis ini kan segmented Kang? masa iya sih bakal laris nih RTR 250FX? memang benar kue motor ini sedikit hanya 2,600 perbulannya, tapi peminat motor ini biasanya bukan orang2 awam lho, tapi biasanya melek informasi! Apabila RTR 250FX dibuat model Dirtbike dan Supermoto dan dipasarkan pada level 20jt, Akang yakin Kawasaki KLX 150 dan Dtracker 150 bakal morat-marit tuh… Dari style jelas menurut Akang 250FX jauh lebih modis, dari power pun ya jelas mesin 150cc kawasaki yang inferior bakal kalah telak dari 250ccnya TVS…

Akang yakin sebagian pembeli KLX 150 dan Dtracker 150 tuh membeli produk tersebut karena memang tidak ada pilihan lain pada rentang harga tersebut,, paling ada pun produk china lagi dah!!!

Hallo, TVS Indonesia…. No to TVS Metro and Apache RTR 180,, say yes to TVS RTR250FX… 【Akang】