Monthly Archives: December 2011

Era Kepemilikan Motor Kedua Bagian I

Dalam corat-coret kali ini Akang akan membahas tentang Era Kepemilikan Motor Kedua dan Arah Perkembangan Motor Beberapa Tahun mendatang. Ini merupakan murni pandangan subjektif Akang sebagai seorang yang awam tentang dunia sales dan marketting tapi sedikit faham dunia design dan manufaktur si kuda besi.

Era Kepemilikan Motor Kedua

Masbro yang berada di `daerah` dimana tingkat pendapatan masih lebih rendah dibandingkan tingkat pendapatan perkapita mungkin merasa aneh dengan istilah `era kepemilikan motor kedua`, mau beli motor kedua gimana untuk makan sehari-hari aja sulit… Tetapi bagi yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung hal ini sangat masuk akal. Kemudahan kredit dan mulai bertambah tingginya pendapatan menjadikan kendaraan roda dua bukanlah sesuatu yang sulit dijangkau, ditambah carut marutnya fasilitas transportasi dan tingginya ongkos kendaraan umum menjadikan kebutuhan akan kendaraan roda dua semakin tinggi saja. Akang rasakan langsung, sekitar kos Akang di Bandung tahun 2008 dan di Jakarta tahun 2009, setidaknya 2 dari 3 rumah penduduk memiliki sebuah sepeda motor.

sumber http://www.bps.go.id dan tambahan data di 2010 dan 2011

berdasarkan data yang Akang dapatkan dari bps.go.id dari tahun 1987- 2009 jumlah motor yang mengaspal di Indonesia sebanyak 52,433,132 unit. Apabila ditambahkan data di 2010 dimana roda dua terjual 7,398,644 dan tahun 2011 per November terjual 7,580,104 jumlah total kendaraan roda dua yang pernah mengaspal di Indonesia per-November 2011 mencapai 67,411,880 unit… Wow angka yang fantastis. Apabila angka tersebut kita fokuskan pada jumlah motor sejak tahun 2000 saja, dengan asumsi bahwa motor di bawah tahun 2000 sudah rusak dan tidak laik jalan maka diperoleh angka 54.3 juta unit..  Sedangkan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan kementrian per 31 Desember 2010 adalah 259.9 jt penduduk. Itu artinya motor berbanding penduduk 1 : 4.8 ,, secara kasar masih terbilang cukup rendah namun apabila kita kerucutkan dari 259.9 jt penduduk tersebut dikurangi anak2 usia 0-14 thn dan lansia >60 tahun diperoleh data penduduk 181.9 jt artinya kepemilikan motor berbanding jumlah penduduk 1 : 3.3

Sepanjang yang Akang lihat dan rasakan kesenjangan sosial Indonesia sangat tinggi terutama kaum perkotaan dan pedesaan. Dari angka perbandingan jumlah motor dan penduduk produktif 1 : 3.3 Akang menarik kesimpulan bahwa di daerah pedesaan dan kota kecil tingkat kepemilikan roda dua lebih besar dari 1:3.3 (mungkin masih mencapai 1:5 kali ya, entahlah males neliti lebih lanjut :mrgreen: ) yang berarti tingkat penjualan roda dua masih bisa ditingkatkan nih, sebaliknya di daerah padat perkotaan ratio kepemilikan lebih kecil dari 1:3.3 tingkat penjualan sepertinya sulit untuk ditingkatkan… eitttss, tapi tunggu dulu.. melihat pola hidup konsumtif masyarakat sepertinya akan muncul `era kepemilikan motor kedua` disamping kebiasaan ganta-ganti motor karena itu disinyalir penjualan motor di daerah perkotaan pun akan tetep moncer :mrgreen:

Arah Perkembangan Sepeda Motor di Era Kepemilikan Motor Kedua

Sekarang beralih ke arah perkembangan sepeda motor. Kurun lima tahun terakhir ini terlihat mindset konsumen terhadap roda dua banyak mengalami perubahan. Apabila di 5 tahun yang lalu masyarakat cenderung memilih motor bebek sebagai tunggangan hariannya, kini mindset tersebut perlahan memudar dan beralih ke skutik. Pangsa pasar bebek pada tahun 2006 berkisar 85% sedangkan skutik masih belum mencapai 8-9% disusul dengan model motor sport urutan terakhir.

Dalam waktu 6 tahun terakhir skutik memperlihatkan trend penguatan pasar dan mencapai puncaknya pada tahun 2011 ini, tercatat dari data bulan Januari hingga September 2011 ini pangsa motor skutik bisa mencapai 49,75% mengalahkan bebek yang menyusut sampai 42,13%. Pangsa motor sport sendiri relatif tidak mengalami trend kenaikan, relatif stabil di kisaran 7-8%. Untuk
tahun 2011 ini saja motor sport hanya  mencapai sekitar 8% saja dari total pangsa motor Nasional.

Akang memang bukan seorang ahli forecasting, tapi dari data-data di atas dengan PD Akang bisa pastikan kedepannya bebek akan tergerus marketnya oleh skutik. Dari segi fungsional dan kemudahan pengoperasian jelas skutik satu level di atas motor bebek. Apabila dulu laki-laki dibilang banci bila menaiki motor skutik, orang sekarang justru lebih memilih skutik karena sisi kepraktisannya. Sementara untuk segmen motor sport, seperti yang Akang kemukakan bahwa kedepannya akan memasuki era kepemilikan motor kedua sepertinya motor sport merupakan salah satu pilihan motor kedua dan akan ada kecendrungan naik dari market share meskipun tidak signifikan,, Kenapa bisa begitu Kang? Akan Akang terangkan di paragraf berikutnya ya..

Market bebek akan tergerus skutik sementara motor sport akan mengalami kenaikan walau tidak sesignifikan skutik

Seiring dengan semakit ketatnya regulasi gas buang kendaraan bermotor dari Euro2 ke Euro3 memaksa pabrikan mau nggak mau memperkenalkan teknologi injeksinya ke pasaran dan hal ini pastinya berpengaruh terhadap perkembangan roda dua di Indonesia. Tapi pada artikel ini Akang tidak akan membahas  lebih dalam tentang dampak beralihnya teknologi karburator menjadi injeksi. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan lagi, IMHO

Menurut Akang mah nih,  kalo dah dimulai era kepemilikan motor kedua pangsa motor yang paling terpengaruh adalah segmen motor sport dan bebek/skutik kelas premium (premiumnya masyarakat umum di bawah 20jt bukan selevel dengan pcx yang 32jt :mrgreen: ). Golongan masyarakat yang ingin menambah tunggangannya dari kalangan entri level bebek/skutik kemungkinan besar pasti memilih tunggangan yang lebih bagus (aka lebih mahal,, hehe) dalam hal ini bebek/skutik mid level atau premium atau lebih jauh lagi memilih motor sport (terlepas itu sport entry level atau bukan).  Sedangkan rider motor sport entry level (Akang klasifikasikan motor dibawah 250cc) cenderung upgrade (jual motor lama tuk beli motor baru) dibandingkan memiliki motor baru kelas premium (biasanya 250cc).

Akang tidak akan membahas skutik/bebek apa yang dibutuhkan masyarakat di era kepemilikan motor kedua, karena sepertinya jenis motor yang akan dijual para ATPM di kelas skutik/bebek ya itu-itu saja. Selama pabrikan fokus pada market yang gemuk,,, sepertinya pabrikan tidak akan menghadirkan skutik/bebek yang memfasilitasi kalangan tertentu, misalnya segmen adventure dengan menghadirkan skutik dual prpose seperti Yamaha/Honda Zuma untuk orang2 yang suka adventure. Contohnya aja skutik retro, Baru Honda yang berani bermain di market skutik retro,,, yang lain pada kemana? Yamaha aja baru sebatas siluman doang (aka spy shoot :mrgreen: )

Cukup sekian di bagian I ini,, hehe kepanjangan ngomong nih.. Di artikel bagian ke-2 Akang akan sotoy-sotoyan ngoceh tentang kebutuhan konsumen motor sport dan motor berbau hobi di era kepemilikan motor kedua, daya beli konsumen dan hubungannya dengan tingkat pendapatan perkapita masyarakat 😉 【Akang】

Hyosung RT 125 Karion Alternatif Hobi Roda Dua Motor Unik

Di artikel sebelumnya, Mengenal Jenis Motor Dual Purpose salah satu yang termasuk motor tersebut adalah golongan motor2 unik, sebagai contohnya adalah Suzuki Vanvan dan Yamaha TW225. Baru2 ini Akang terkejut ternyata di Indonesia motor jenis ini juga sudah ada toh tapi dalam wujud Hyosung RT 125 Karion, Motor produk Korea yang dijual importir umum (silakan check lapaknya di kaskus sini). Tidak banyak yang tahu tentang si Karion ini mengingat si penjual bukanlah pabrikan besar/ATPM yang didukung jaringan 3Snya.

Seperti apa bentuk si Hyosung RT 125 ini dan perbandingannya terhadap produk Jepang Yamaha TW225 dan Suzuki Vanvan 200 bisa masbro liat penampakan visualnya pada gambar berikut

sumber gambar metropolismotorcycles.com dan motorbikespecs.net

Bentuk dan Ukuran Ban Yang Nyeleneh

Salah satu perbedaan kentara yang membedakan Hyosung Karion dengan model motor sport lain adalah ukuran ban yang tidak lazim. Umumnya motor sport di indonesia memakai ukuran 17 inch baik depan maupun belakang. Hyosung Karion menggunakan ban 130/80-18 (cara baca: lebar tapak 130mm, tinggi ban dari ujung velg hingga ujung terluar ban 80mm, ukuran velg 18 inch, CMIIW) dan ban belakang 180/80-14, bener2 gede bukan :mrgreen:

Bagi yang setiap hari melalui jalanan berlubang atau jalan perkampungan yang memprihatinkan si Karion kayaknya cocok deh. pemilihan ban dengan kembang yang dalam khas motor garuk tanah disinyalir juga enak diajak melahap jalanan tanah untuk adventure ringan. Meskipun dari segi design tidak mencerminkan sama sekali motor trail tapi penggunaan ban pada karion memungkinkan motor ini disebut motor dual purpose. IMHO :mrgreen:

Model Klasik Retro yang Timeless

Dari sisi design Motor sejenis RT 125 Karion ini berbau retro dengan unsur dual purpose. Body beraroma retro dikawinkan dengan konsep dual purpose lewat penggunaan ban berbau trail nan gambot menjadikan si Karion motor yang unik. Seandainya ada pabrikan Jepang memperkenalkannya di mari, misalnya Yamaha TW225 sepertinya akan melahirkan aliran roda dua baru,,, Akang yakin akan hal ini lho, lha wong teman Akang yang suka roda dua setelah melihat penampakan TW225 langsung biasanya memberikan apresiasi positif…

Gaya retro + dual purpose light adventure (gambar: motocasion.com)

Berdasarkan info yang Akang baca di forum kaskus, part si Karion ini tidak terlalu sulit karena bisa kanibal dengan produk pabrikan Jepang :mrgreen: Bagi orang yang ingin tampil beda tapi sederhana si Hyosung RT 125 Karion ini Akang rekomendasikan banget deh… terus terang Akang saja naksir nih. Harga motornya sendiri hanya 13 jt tapi masih belum dilengkapi surat-surat resmi. Agar bisa mengaspal silakan tambah 3.5 juta untuk mengurus surat2 resminya 😉

bagi yang berminat silakan kunjungi lapaknya di kaskus link 1 dan link 2

Spesifikasi Hyosung RT 125 Karion

Model : Hyosung RT 125 Karion
Year : 2007
Category : Allround

Engine and transmission
Displacement : 124.00 ccm (7.57 cubic inches)
Engine type : Single cylinder, four-stroke
Power : 11.93 HP (8.7 kW)) @ 10000 RPM
Torque : 9.37 Nm (1.0 kgf-m or 6.9 ft.lbs) @ 6500 RPM
Top speed : 101.0 km/h (62.8 mph)
Compression : 9.9:1
Bore x stroke : 57.0 x 48.8 mm (2.2 x 1.9 inches)
Valves per cylinder : 4
Ignition : Electronic
Cooling system : Air
Gearbox : 5-speed

Chassis, suspension, brakes and wheels
Frame type : Steel
Front suspension : Telescopic
Front suspension travel : 160 mm (6.3 inches)
Rear suspension : Swing-arm, adjustable
Front tyre dimensions : 130/80-18
Rear tyre dimensions : 180/80-14
Front brakes : Single disc
Front brakes diameter : 275 mm (10.8 inches)
Rear brakes : Expanding brake (drum brake)
Rear brakes diameter : 130 mm (5.1 inches)

Physical measures and capacities
Dry weight : 135.0 kg (297.6 pounds)
Power/weight ratio : 0.0884 HP/kg
Seat height : 790 mm (31.1 inches) If adjustable, lowest
setting.
Fuel capacity : 9.00 litres (2.38 gallons)
Other specifications
Starter : Electric & kick
Color options : Yellow, Red, Blue

Mengenal Jenis Motor Dual Purpose

“Dual purpose bike” apaan tuh mungkin beberapa biker tanah air merasa asing dengan istilah tersebut dikarenakan di Indonesia sedikit sekali ATPM yang menjual genre motor dual purpose. Secara harfiah motor dual purpose adalah motor/kendaraan roda dua yang didesign bisa dioperasikan di dua jenis lingkungan yang berbeda yaitu on road (lintasan jalan terutama permukaan aspal) dan off-road (lintasan bukan permukaan jalan seperti tanah liat, daerah berbatu sampai padang pasir)… Jadi jelas maksud “dual” disini bukan motor untuk dioperasikan di alam nyata dan alam gaib :mrgreen:  Konsep design motor dual purpose ini akan Akang bahas pada artikel berikutnya 😉

Tahukah anda setidaknya ada 5 jenis motor dual purpose?

Di jalanan Indonesia yang merupakan negeri bebek dan skutik memang sangat jarang ditemui motor dual purpose ini, paling-paling kalau ada pun hanya varian trail saja, padahal dari secara geografis dan keadaan jalanan di Indonesia harusnya motor dual purpose bisa mudah diterima masyarakat lho, tentunya dengan harga yang bersahabat seperti bebek :mrgreen: Motor dual purpose di negara kita masih menjadi motor hobi, bukan motor harian. Tapi gak ada salahnya Akang coba tampilkan jenis2 genre motor dual purpose di artikel ini, siapa tahu bisa menjadi acuan calon pembeli ataupun jadi acuan konsep modifikasi,,, halah ngareeeep :mrgreen:

Motor dual purpose terdiri dari berbagai genre lho, ini bisa dibedakan dari ukuran ban yang dipakai (ban depan dan belakang). Masuk kategori apakah motor trail dan supermoto? Motor2 seperti apa sih yang didesign untuk mengikuti lomba paris dakkar? bagi yang minat silakan lanjutkan bacanya….

1. Front 21” x Rear 18”
Real Off-Road

Jenis motor yang paling umum dikenal di Indonesia sebagai motor dual purpose adalah motor trail. Motor ini diidentikan dengan ukuran ban depan yang besar 21 inch dan ukuran ban belakang 18 inch. Body didesign seringan mungkin dengan kapasitas mesin biasanya 125cc-400cc. Motor jenis ini dikenal dengan sebutan dirt bike atau motor garuk tanah (kalau gitu mestinya motor bebek disebut motor garuk lumpur :mrgreen: )

Konsep design motor ini adalah motor yang ringan, dan tenaga yang mumpuni. Untuk memfasilitasi 2 tujuan design tersebut biasanya kapasitas mesin yang dipilih adalah 200 sampai 450cc (meskipun ada juga yang kapasitasnya di bawah itu). Untuk market domestik Jepang, motor Off-road ini terpusat pada kapasitas mesin 250cc dengan berat si kuda besi kurang lebih 120kg dengan tenaga 18 – 31 PS. Salah satu contohnya adalah Yamaha Serow 250 yang sudah mulai menggaruk tanah sejak 1985, Kawasaki KLX 250, Yamaha WR250R dan Honda XR230.

Contoh Motor Kategori Off Road Motor dual purpose

2. Front 17″ x Rear 17″
Off-Road Cruiser (Touring)

Motor dual purpose dengan ukuran ban depan dan belakang menggunakan 17inch ini bergaya lebih ke street bike. Umumnya berupa moge dengan kapasitas lebih dari 600cc dan lebih mengutamakan kemampuan handling on-road ketimbang off-road, lintasan off road yang bisa dilalui adalah tanah berbatu dan pasir seperti di dataran Amerika dan Eropa, bukan tanah becek dan lengket di daratan Asia. Motor dual purpose street cross over ini diperkenalkan pabrikan Ducati dengan Multistrada dan Buell dengan XB12X. Akang kurang sependapat bila kedua motor ini dikategorikan pure sport touring, karena dengan ground clearance yang tinggi dan front fender yang posisinya tepat di bawah headlight seperti halnya motor trail lebih tepat kalau motor ini dikategorikan dual purpose touring. Khusus untuk Ducati Multistrada, dengan bentuknya yang agak ramping bisa juga dikategorikan supermoto,,, (bukan dual purpose lagi, tapi three purpose bike :mrgreen: )

Ducati Multistrada dan Buell XB12X bisa dikategotikan Dual Purpose Cruiser Bike

Untuk kapasitas mesin yang lebih kecil misalnya 250cc, tidak termasuk jenis dual purpose cruiser, Akang lebih suka menyebutnya pure supermoto. Karena meskipun memiliki bentuk yang hampir sama, namun dari bentuk seat (jok) tidak bisa memberikan kenyamanan seperti halnya off road cruiser supermoto mulistrada ataupun off-road cruiser buell xb12x…. (pengkategorian supermoto ada di bagian akhir)

3. Front 19″ x Rear 17″
SUV Big Off-Roader

Tipe motor dual purpose SUV Off-Roader merupakan motor dual purpose yang mengutamakan kenyamanan berkendara baik on maupun off road serta daya jelajah yang jauh karena memiliki kapasitas fuel tank yang besar bisa menampung 16 sampai 25 liter, dan kapasitas mesin yang besar >600cc,, sehingga motor jenis ini sah saja bila Akang sebut sebagai motor premium dual purpose…

Motor SUV big off-roader bukanlah dual purpose yang ditujukan untuk menerjang medan off-road dengan kontur tanah berbukit2 naik turun layaknya pegunungan di kita, tapi lebih ke kontur tanah yang datar berbatu/pasir tapi tidak terlalu lembek dengan tujuan long range atau jarak jauh, mirip2 padang pasir Gunung Pasir di Bromo kali ya (sok tahu ya,,, soalnya belum kesana :mrgreen: ) makanya pemilihan ban yang digunakan adalah ukuran 17inch pada roda belakang untuk memberikan akselerasi yang diinginkan dan ban depan 19inch untuk menembus medan di depannya…

Motor-motor premium dual purpose ini antara lain BMW R1200 GS dan R650GS, Honda XL1000V Varadero, Triumph Tiger dan Suzuki DL1000 V-Strom

Kelas Premium motor dual purpose nih!

4. Front 21” x Rear 17/18″
Real Adventure

Untuk genre motor dual purpose real adventure, ukuran ban yang digunakan sama dengan ukuran motor trail, depan 21 inch dan belakang 18 inch meskipun ada yang menggunakan ban belakang ukuran 17 inch.  Akang sebut sebagai real adventure karena bila dilihat dari ukuran ban, motor ini didesign untuk menerobos medan apapun ditambah lagi kapasitas mesin yang biasanya di atas setengal liter aka >500cc menghasilkan power yang sungguh dahsyat. Sayangnya dengan kapasitas mesin yang besar mengharuskan rangka yang kokoh dan body yang besar pula sehingga membuat motor ini jauh lebih berat dari motor trail, yaaaa bisa dipastikan gak selincah motor garuk tanah sih tapi tetep bisa terbang di atas gundukan tanah lho,,,

Biangngnya motor trail

Dilihat dari design luar model motor real adventure ini mirip dengan suv big off-roader, perbedaan utamanya pada ukuran ban saja. Ukuran ban depan yang sampai 21 inch merupakan perbedaan utama dan menegaskan bahwa motor jenis ini berorientasi utama pada lintasan off-road. Kapasitas fuel tank motor jenis ini rata-rata lebih kecil, hanya berkisar 15-22liter saja, bandingkan dengan genre suv big off-roader yang bisa menampung sampai 25liter.

5. Front bebas” x Rear bebas
Unique Dual Purpose

Kategori terakhir motor dual purpose ini ada beraneka ragam. Konsep utama body luar mengacu pada konsep dasar motor dual purpose tapi dari segi performance disesuaikan tergantung kebutuhan.

a. Supermoto (Front 17″ x Rear 17″) ex: KTM 690 MSC, Kawasaki D-Tracker, Yamaha WR250X

Supermoto Eropa vs japan

b. Trail Nyeleneh (Front bebas” x Rear bebas”) ex: Yamaha Tricker, Suzuki Vanvan, Yamaha TW225

Manakah yang paling nyeleneh

c. Trail Bonsai ex: Yamaha TT-R50E, Kawasaki KSR110 dan Honda XR100

Kawasaki KSR110 diperbolehkan dipakai orang dewasa, Yamaha dan Honda sih khusus untuk pelatihan anak2

Rasa2nya ada yang kurang ya masbro… rata2 semua design tersebut mengambil kiblat kondisi di Eropa/Amerika dan Jepang… Apa gak ada ya design original bebek dual purpose :mrgreen:

Akang sih yakin kalau dunia motor dual purpose di tanah air akan mulai meningkat peminatnya. dalam beberapa tahun mendatang Akang orediksi tingkat kepemilikan motor harian (skutik dan bebek) akan mulai jenuh, tingkat pendapatan/kesejahtraan masyarakat yang terus meningkat ditambah pola hidup konsumtif akan melahirkan era kepemilikan motor kedua dengan kecendrungan motor sebagai gaya hidup ataupun hobi… di era inilah motor dual purpose sepertinya akan mulai dilirik pabrikan,,, entahlah 😕 【Akang】

Sumber2 photo,,, maaf ya nyolong dari google asal embat :mrgreen:  http://www.motorcycle.com  serta dari situs2 pabrikan Yamaha, Honda dan Suzuki jepang dengan editan secukupnya

CBR 250R Merah Modifikasi Cover Carbon Print..

Tadi pagi saat pergi ke kantor tepat di lampu merah, Akang menihat penampakan CBR 250 merah. Tapi koq sedikit aneh karena warna motor 250cc ini ada yang aneh,,, merah-hitam. Sepengetahuan Akang cbr 250r yang dipasarkan di sini adalah merah-silver. Setelah diteliti,, woww ternyata bukan warna hitam biasa melainkan “carbon print”. Waktu itu tidak sempat motret penampakan dikarenakan Akang memakai sarung tangan. Setelah dicari di Internet berikut penampakannya..

     

Itu baru cbr 250r merah,, yang hitam lebih keren lagi lho :mrgreen:

 

 

 

 

 

 

CBR 250R Modifikasi Black Carbon plus sandaran boncenger

Bagi yang berminat silakan datang ke dealer2 honda terdekat,,, tapi bukan Honda Indonesia melainkan Honda Jepang,, wkwkwk :mrgreen:  Silakan langsung meluncur ke situsnya,,, (click gambar di bawah) AHM kapan nih memfasilitasi accesoris ginian 😕 【Akang】

Mengintip Konsep Design Produk Global Honda PCX 125

Sejenak Akang berhenti dulu menulis tentang motor2 yang ada di parkiran tempat kerja, sebagai selingan corat-coret dikala senggang, kali ini Akang akan menulis tentang konsep design produk Honda yaitu PCX 125.

Benarkah motor yang penamaannya diambil dari pendekatan Personal Comfort Xaloon Scooter ini (koq jadi PCX harusnya PCS :mrgreen: ) memang didesign untuk masyarakat Eropa atau ditujukan juga untuk orang Asia? berikut penjelasannya Akang rangkum langsung dari hasil wawancara para designernya dan dari situs Honda Jepang langsung.

PCX didesign berdasarkan dasar heterogenitas berbagai negara dimana terdapat perbedaan kultur dan budaya berkendara, perbedaan jalanan dan kondisi lalu-lintas. Semua hal tersebut coba disatukan pabrikan Honda dalam satu bentuk design motor PCX 125, Konsep designnya sendiri adalah sebagai berikut
1. Dipakai sebagai kendaraan harian
2. Nyaman ketika dipakai,
3. Berkelas atau Lux
4. Bisa diterimas seluruh dunia tidak hanya Eropa tetapi juga Asia.
Banyak sekali kesulitan dalam mendesign motor yang bisa diterima semua kalangan, contohnya saja ukuran motor, suspension dan ukuran ban. bagi kalangan Eropa mungkin spek ini bagus tapi bagi orang Asia Tenggara tidak diterima,, sungguh jelimet!
Ukuran body yang sekarang dipilih merupakan design yang paling cocok. Bagi orang Asia yang biasa memakai skuter kecil seperti Honda Beat atau scoopy, PCX diharapkan tidak terlalu kebesaran, sementara bagi orang Eropa yang banyak menyukai skuter besar seperti Honda Forza tidak merasa PCX 125 ini kekecilan… sulit juga ya :mrgreen:
Khusus untuk suspension, bagi orang2 kita mungkin ada yang merasa terlalu keras. Honda sendiri bukan tak memahami hal ini, tapi hal ini sudah termasuk range toleransi karena bagi orang Eropa sana banyak yang juga merasa terlalu empuk,, nah lho 😀 Di Asia tenggara misalnya Indonesia keadaan jalan masih sangat jelek dimana ukuran ban yang cocok normalnya 14-17inch seperti halnya motor skutik dan bebek kebanyakan, berbeda dengan di Eropa dan Jepang dimana skuter tuh ukuran bannya hanya 10-12inch,,, untuk hal ini masyarakat Eropa dan Jepang terpaksa ngalah deh,, hehe karena yang dipilih untuk PCX adalah ban ukuran 14inch..
Awalnya PCX didesign dengan jarak sumbu roda yang panjang layaknya big scooter Eropa namun karena keadaan lalulintas padat di negara2 ASEAN panjangnya wheel base merepotkan dalam bermanuver, makanya untuk PCX ini jarak wheel base dipangkas jadi 135mm.. tapi menurut Akang tetep aja PCX lebih ribet nembus macet ketimbang beat atau mio :mrgreen:

Pemilihan mesin yang hanya 125cc merupakan satu keputusan yang cukup sulit. Pemilihan mesin ini didasarkan pada kebijakan yang diadopsi sebagian negara di Uni Eropa dimana remaja berusia 16-18tahun dibatasi hanya boleh mengendarai motor paling banter 125cc serta orang dewasa yang tidak memiliki SIM motor tetapi memiliki SIM mobil diperbolehkan mengendarai motor sampai 125cc.. Makanya atas konsep “bisa dierima seluruh kalangan” inilah kapasitas mesin 125cc dipilih, mau gak mau PCX di sebagian negara Eropa sana disebut sebagai motor “first kategory“.
Sebagai produk global, Engine dan teknologi yang disematkan pada PCX ini harus mumpuni sebagai motor cc kecil kelas premium. power maximum 11.5PS/8,500rpm dan torsi 12N.m/6,000rpm yang dihasilkan mesin sohc 125cc water cooler ini jelas lebih bertenaga dibandingkan skutik di Indonesia kebanyakan, kayaknya cocok juga dibawa touring 😀 dan untuk kalangan Eropa setidaknya harus bisa bersaing dengan spek mesin skutik2 eropa lainnya yang secara kasta bukan kelas first kategory seperti Vespa LX150.
Akang merasa lucu bila baca artikel2 yang menginginkan PCX upgrade jadi 150cc,,, secara teori sih bisa saja tapi khusus untuk yang dijual di Indonesia saja. tapi hal itu tak segampang membalik telapak tangan lho (Jangan bayangin kalau upgrade kapasitas engine hanya cukup dengan bore up doang ya!!!). Riset engine khusus 150cc yang hanya ditujukan untuk pasar skutik premium Indonesia/negara asean sepertinya dari cost tidak masuk hitung2an,,, Coba masbro pikir dengan market kurang dari 500unit/bln apa bakalan naik drastis hanya karena kapasitas mesin naik dari 125 jadi 150cc,, doesn’t make sense!! yang ada harga yang naik 👿
jenis bahan bakar yang digunakan adalah pertamax karena kompresi nih motor 11:1, konsumsi bbm dari mesin yang menggunakan supplay bahan bakar fuel injection ini adalah 53km/ltr pada kecepatan rata-rata 60km/jam tanpa menggunakan iddling stop system, bilda iddling stop system dihidupkan katanya sih bisa lebih irit sampai 7% (tergantung kondisi lalu-lintas).[Akang]

 

Mengintip Proses Design Body Motor Honda

Penasaran dengan proses design sang kuda besi? Honda Jepang memberi bocoran via home pagenya tuh.. Namanya juga bocoran, pastinya dikit dong, dalam hal ini hanya tentang “konsep design body luar motor” saja. Tapi lumayan lah buat nambah informasi… Mungkin masbro banyak yang sudah tahu, tapi tak ada salahnya Akang mengulasnya kembali.

1. Penentuan Konsep Dasar Design

Dari proses inilah proses design sang kuda besi dimulai. Langkah pertama adalah membuat gambaran dimana akan dipasarkan, siapa yang akan menggunakannya, dan digunakan untuk apa tunggangannya. Para designer harus bisa memposisikan dirinya sebagai user, tidak jarang harus pergi langsung menemui calon/target pemakai dan langsung merasakan atmospher dimana si motor akan digunakan.

Photo bawah ini memperlihatkan suasa event Daitona Week di Florida, dimana di situsnya Honda tertulis event ini merupakan tempat dimana kosep CBR 1000RR Fireblade 2004 dirumuskan. Sudah jelas kan CBR 1000RR berkonsep motor sport superbike.

2.  Sketch

Dalam Proses ke-2 ini, konsep yang sudah dirumuskan dituangkan dalam bentuk gambar. Ide-ide yang ada di otak dituangkan dalam bentuk visual tentunya dengan mempertimbangkan aspek fungsi/kegunaan. Sketch tampak kanan-kiri, depan-belakang, sampai sketch perbagian juga dibuat. Hasil sketch ini bisa beratus2 lembar lho! wowww,, gak habis2 ide kreatifnya ya 😕

Sketch wajah dan ekor CBR 1000RR Fireblade

3. Proses Rendering

Dari gambar sketch ini dilakukan proses rendering untuk melihat efek 3-Dimensi. Dengan adanya proses ini sketch garis2 body  yang dibuat bisa diukur tingkat “kedalaman” dan “ketegasan” serta bisa divariasikan dalam banyak pilihan warna. Bukan hanya motor secara keseluruhan tapi detail perbagian juga dibuat renderingnya. Banyak kasus dimana sketchnya kelihatan bagus tapi setelah direndering koq jadi terlalu kompleks.

Hasil rendering ini merupakan gambar prediksi yang paling mendekati bentuk akhir dari si kuda besi. Bukan cuma tim designer saja, divisi2 lain pun terlibat dalam penilaian dan pengambilan oke tidaknya design setelah dirender.

Kali ini Akang selain menampilkan gambar rendering dari CBR 1000RR juga menampilkan gambar rendering design CBR 250R yang merupakan produk global Honda. Konsep designnya sendiri adalah motor sport 250cc beraroma moge namun nyaman dipakai harian di lingkungan Asia. Sketch awalnya sendiri dikumpulkan dari R&D  seluruh cabang Honda di dunia kemudian dipilih satu yang paling mewakili (apa iya langsung dipilih ya…)

Kedua gambar rendering paling atas terlalu sporty kayaknya ya,, akhirnya dipilih design yang bawah

 4. Proses Pembuatan 1:1 Clay Model

Setelah gambar rendering memperoleh persetujuan semua pihak, gambar ini kemudian dibuat  aslinya dari clay (tanah liat). Sebenernya tujuan proses ini adalah mengkonversi gambar rendering 2-D dalam bentuk 3-D. Proses ini sebenarnya gampang saja dilakukan di atas software, di sinilah keunikan manusia sebagai mahkluk yang memiliki cipta rasa dan karsa, sebagus apapun design di atas komputer/cad tapi saat dibuat versi aslinya kelihatan banyak kekurangan.  Selain itu bagian2 yang hubungannya dengan kenyamanan dan fungsi seperti ketinggian dan lebar jok, riding position, sudut pandang terhadap speedometer jelas merupakan hal yang harus dirasakan langsung yang sulit direfleksikan dari gambar 3D semata. Proses pembuatan clay diserahkan pada team designer khusus, biasanya orang2 seni tuh…

Hasil clay model ini nantinya dipresentasikan pada tiap divisi, terutama divisi produksi. Mereka harus bisa memprediksi apakah bentuk design clay tersebut bisa dibuat dan apa saja tingkat kesulitan produksinya, kemudian memprediksi biaya pembuatan, kan ujung2nya DUIT 😀 terakhir  memberi masukan  ke pihak design apa saja yang harus diperbaiki.

5.  Data Scan (Conversi menjadi data Digital)

Setelah design clay disetujui (tentunya dengan perbaikan2) proses berikutnya adalah mengkonversi ke dalam bentuk data digital. Dalam gambar berikut diilustrasikan hasil design clay  CBR 1000RR di scan dengan scanner 3D. Data hasil scan ini selanjutnya dikirim pada divisi design  engineering  untuk diolah sedemikian rupa dengan output utama “drawing” yang dijadikan acuan utama dalam produksi.

Clay CBR 1000RR lagi di-scan 3D

6. Mock-up Model

Mock-up model ini dibuat mengacu pada drawing sementara hasil scan model clay, kemudian diberi warna seperlunya. Pada tahap inilah spesifikasi detail setiap part ditentukan. Part yang ditempel bukan berbentuk clay lagi tapi sudah berupa bentuk dari material sebenarnya, misalnya cover dari plastik dll.  Mock-up model ini biasanya dibuat beberapa jenis yang dalam dunia umum disebut prototipe. Sepanjang yang Akang ketahui sangat jarang dalam proses design di Jepang sini hanya mengambil basic design dari satu prototipe saja.

Kenapa tidak cukup dengan satu prototype saja Kang? Akang kasih contoh ya, untuk menentukan bentuk akhir knalpot jenis A dan B saja  mungkin diperlukan sampai 2-prototipe sebagai pembanding , tidak cukup dengan nempel knalpot A pada satu prototype terus diphoto kemudian dilepas dan ditempel knalpot B pada protoype yang sama terus diphoto lagi, dan terakhir membandingkan kedua photo tersebut,,,  Feelnya gak dapet lah…  yang paling tepat ya tempel knalpot A dan B pada 2 prototipe yang sama terus bandingkan langsung… lebih afdol 😀

Bandingkan dengan gambar rendering di belakangnya,, mirip kan?

7. Coloring Design

Pada tahap ini dilakukan penentuan pemberian warna dan striping (grafik) pada body motor. Dengan pemberian warna ini diharapkan body motor yang sedemikian rupa didesign dengan susah payah, daya tariknya semakin terpancar  dan merayu sang konsumen, halah 😀

Pemilihan warna ini tidak sembarangan tapi mengacu pada hasil survey lho! Contohnya saja di tanah air dalam 2 tahun terakhir warna putih mulai menjadi trend, makanya pabrikan berlomba2 mengeluarkan varian motornya yang berwarna putih, seperti Yahama Vixion putih yang pada tahun 2011 ini diperkenalkan YMKI atau penambahan striping pada Bajaj Pulsar 220 menyesuaikan selera pasar padahal sebelumnya Vixion belum ada tuh warna putih dan Pulsar 220 selalu polos tanpa stripping.

CBR 1000RR dengan 3 jenis coloring

8. Production Trial

Ini adalah proses dimana dilakukan percobaan produksi, hasil produk ini dievaluasi sedemikian rupa agar tidak terdeteksi adanya cacat. Khusus untuk body, evaluasi tidak hanya dilakukan pada kerapihan finishing saja tetapi juga meliputi evaluasi pada part2 yang memiliki nilai “fungsi” misalnya apakah design lampu yang dibuat tidak bergetar dan menyala sesuai yang dipersyaratkan, apakah switch tetap berfungsi dengan baik setelah ribuan kali ditekan, dll deh!!!

Hasil akhir Honda CBR 1000RR Fireblade

Sekian dari Akang, semoga berguna 😎

Perbandingan CBR 250R dan Suzuki GW 250 Mana yang Lebih Baik?

Berdasarkan informasi yang akang dapatkan dari dapurpacu ataupun  otomotifnet  kemungkinan besar Suzuki GW 250 yang akan dijual pada pertengahan tahun depan ini akan dibandrol  40 juta. Bandrol harga ini akan head to head dengan CBR 250R non-abs dan terpaut sekitar 6-7jt dibanding CBR 250rR versi abs dan Ninja 250R. Meskipun CBR 250R merupakan sport touring  berfairing dan GW250 adalah motor naked touring, tidak ada salahnya Akang membandingkan kedua varian ini dari sisi subjektif Akang 😀 Siapa tahu sisi penilaian Akang bisa jadi referensi  bagi masbro sekalian. Berikut perbandingan spesifikasi CBR 250R vs GW 250 yang Akang rangkum dari beberapa sumber..

Mana yang lebih baik menurut Akang? Semoga bisa jadi rujukan awal 😉

Perbandingan Spesifikasi CBR250 vs GW250

1. Penampilan

Dari segi tampilan kedua motor jelas berbeda, CBR 250R  dengan thema design sport touring berfairing dan  GW 250 dengan body naked pure touring memang memberikan nuansa lain bagi penggemar fanatik kedua pabrikan ataupun bagi para touring lover. Tapi bagi Akang, design motor berfairing memiliki kesan mewah ketimbang motor naked. Karena berdasarkan image Akang tidak ada dari sananya motor berfairing dijual lebih murah daripada motor naked lho, di mata orang kebanyakan motor fairing = Mewah 😉

Dari segi fungsionalitas pun Akang menilai meskipun GW250 didesain tanpa fairing tapi untuk menembus kemacetan sepertinya sulit dikarenakan bodynya yang bongsor. Beda halnya dengan CBR 250R, kalau sulit nerobos kemacetan ya emang dari lahirnya begitu 😀

Fitur fungsional pada kedua motor relatif berimbang, sama2 menggunakan digital speedometer, depan belakang cakram, dan sama2 sudah mengaplikasikan ban lebar 110/70-17 (depan) 140/70-17 (belakang). Masbro lebih suka yang mana? Akang sih lebih milih yang berkerudung (cbr 250) daripada yang telanjang (gw 250) Hehe 😀 Untuk lebih jelasnya biar gambar yang berbicara aja ya, gak perlu Akang bahas satu persatu….

CBR250 vs GW250 Digital Speedometer, Sporty VS Elegan pure touring

CBR250 vs GW250 Perbandingan Body Depan

CBR250 vs GW250 Perbandingan Body Belakang

2. Performance

Dari segi performance CBR 250R memiliki peak power 20kW (27PS)/8,500rpm dan torsi max 23 N.m/7,000 rpm, lebih tinggi dibandingkan GW 250 yang berdasarkan salah satu sumber Akang di Jepang merujuk pada spek GW 250 yang dipasarkan di china, hanya memiliki peak power 18kW (24PS)/8,500rpm dan torsi 22 N.m/6,500 rpm. Ditambah lagi berat kosong cbr 250 yang hanya 161 kg lebih ringan dibandingkan gw 250 yang berbobot  173 kg, power to weight ratio saat peak power CBR 250R terhadap GW 250 lebih unggul 0.17 berbanding 0.14 PS/kg. Untuk kecepatan maksimum kedua motor, Info dari bikermagz menyebutkan bahwa top speed GW 250 bisa mencapai 140 km/jam sementara top speed CBR 250R adalah 151.6 km/jam… Ketahuan kan performa di putaran atas…

Eitsss, itu di data peak power lho,,, bukan data lengkap distribusi power pada setiap putaran mesin. Kalo Akang sih gak butuh speed segitu, takuuuuut 😛 Berdasarkan informasi dari sumber yang sama dimana informasi ini sebenarnya berasal dari informasi di China disebutkan bahwa untuk mencapai kecepatan 60 mph dari posisi diam, CBR 250R memerlukan waktu 8.76 detik sementara GW 250 untuk mencapai kecepatan tersebut hanya membutuhkan waktu 8.04 detik. Akang menangkap bahwa GW 250 memiliki power yang sudah ngisi sejak putaran bawah mesin dibanding CBR 250R.  Woow mantap banget bukan, bahkan dengan bobot yang 12kg lebih berat dibanding CBR 250R, si Inazuma (sebutan lain GW 250 di Eropa) ini bisa lebih cepat meraih speed 60 mph (96 kmpj = mendekati 100 kmpj)

CBR250 vs GW250, Power dan Torsi GW 250 memang lebih rendah tapi sudah mengisi dan disinyalir lebih tinggi di putaran bawah ketimbang CBR 25R

Terus terang bagi Akang sih gak butuh top speed,,, ini motor buat touring bung!!! harus kuat bawa banyak bawaan dan box khas touring gitu loh! Power dan torsi harus sudah ngisi sejak gas baru dipuntir, selain itu harus cocok dibawa di kemacetan serta stop and go di lampu merah… Dalam penilaian Akang power yang sudah ngisi sejak putaran bawah pada GW 250 menjadi daya tarik tersendiri…

3. Segi Perawatan dan Ketersediaan Suku Cadang

Sudah bukan rahasia lagi kalau dari segi perawatan, semakin banyak jumlah silinder maka item-item yang perlu dirawat semakin banyak, ini berimbas langsung pada biaya perawatan yang semakin banyak…. sebenernya gak ngaruh sih bagi orang yang mampu nebus nih motor 😀

Tapi perlu diingat bahwa CBR 250R diusung oleh Honda sedangkan GW 250 dipasarkan oleh Suzuki. GW 250 dibuat di China dan dipasarkan sebagai produk global, dan Suzuki Indonesia cuma kebagian jatah 300 unit/bulan, bandingkan dengan CBR 250R yang setiap bulannya laris di angka 800-1,000 unit. Jumlah unit motor aja terbatas banget, bagaimana dengan suku cadang kendaraan nih? Di mata Akang sih suku cadang motor Suzuki biasanya lebih mahal, tapi bukan ini yang jadi masalah melainkan “ketersediaan”! Jangan2 harus inden suku cadang,, kayak beli motor bajaj aja 😀 …

Dalam hal perawatan, harga part/suku cadang dan ketersediaan suku cadang sih Akang jelas lebih memilih CBR 250R…

CBR 250R, Suku cadangnya Akang perkirakan gak akan sesulit memperoleh suku cadang GW 250

Dari ketiga item di atas berdasarkan penilaian subjektif Akang 2-1 Skor untuk CBR 250R,,,, masbro suka yang mana??? 【Akang】

Honda Monkey, Hobbi Motor yang Unik

Hari ini pas keluar belanja dari supermarket deket apartemen, Akang ngikutin seorang Kakek yang juga habis belanja menuju ke tempat parkir motor/sepeda. Akang terkejut ketika tiba di tempat parkir, eh ada penampakan Honda Monkey, beeeuuh,, baru pertama kali ini melihat langsung dari dekat. Tapi yang bikin terkejut lagi ternyata si Kakek yang aku ikutin ternyata penunggang si Honda Monkey ini 😀 wuihh gaoel nih kakek. Bagi yang gak tahu Honda Monkey ini kaya gimana, berikut penampakannya.

Ini nih penampakan Honda Monkey di parkiran, Bandingkan dengan ukuran sepeda yang diparkir di belakangnya

Honda Monkey,,,, Tampilan Retro, Bener2 lucu...

Langsung aja Akang samperin tuh si Kakek dan minta ijin photo2 tunggangannya 😀 Menurut penuturan si Kakek tunggangannya yang bermesin 50cc ini mampu berlari sampe 60km/jam. Si Kakek juga bilang bahwa dia punya motor lain yaitu Honda Ducks (bukan motor bebek lho, Honda Monkey model lain) yang di bore up  dari asalnya 70cc menjadi 84cc dan bisa ngacir sampe 100km/jam versi speedometer, Bener enggaknya gak tahu 😀

Perbedaan Honda Monkey (kiri) dan Honda Ducks (kanan)

Si Kakek yang kira2 usianya 60tahunan, tinggi sekitar 160cm dan berperawakan kurus ini menolak diambil photonya, sebagai gantinya Akang minta diambilin photo sama beliau sambil bergaya di tunggangannya 😀 nih dia penampakan Akang naik si Monkey 😀 ..

Riding Position Honda Monkey, Rider tingginya 173cm berat 78kg kedinginan memakai Jaket tebal dan Kupluk

Berikut spek si Honda Monkey berdasarkan situs asli dari Honda Japan (sumbernya tulisan kanji semua gak bisa copy paste 😀 )… `[Akang]

"Full transistor battery ignition" maksudnya gak pake spark plug (busi) ya???

   

KTM Duke 200 : Mengintip Harga Ideal Sang `Bangsawan`

Sepertinya KTM Duke 200 mantap buat motor harian nih!

Kesibukan kerja dan persiapan ujian bahasa Jepang selama sebulan terakhir ini benar2 menyita waktu Akang, tapi akhirnya Minggu 11 Desember 2011 Akang sempet juga mampir di Tokyo Motor Show. Sebagaimana Akang pernah tulis di artikel sebelumnya tujuan datang ke TMS ya untuk melihat KTM Duke 200 dan Suzuki GW250 dengan motif utama meneliti yang manakah dari kedua produk yang katanya akan dilaunching pertengahan tahun 2012 ini yang pantas Akang miliki. Dalam artikel ini Akang coba tulis review terhadap KTM Duke 200 saja, review terhadap GW250 menyusul deh!

KTM Duke 200 Review, Kesan pertama melihat Duke 200 di Tokyo Motor Show 2011

Yang akan Akang coba ulas adalah value for money-nya dikomparasikan dengan produk motor naked bike Yamaha Byson dan Honda New Megapro yang dibandrol sekitar 20-jutaan. Tapi tentunya pandangan secara subjektif Akang. Untuk menyederhanakan objek penilaian Akang akan evaluasi jadi tiga aspek penilaian saja, yaitu faktor design/fitur, performance, dan trustworthy yakni kepercayaan Akang terhadap Duke yang dibuat di India. Untuk review performa, karena Akang belum pernah mencoba motor-motor tersebut secara langsung di jalanan, Akang ambil aja review dari para pengguna motor dan klaim KTM terhadap performance si Duke 200.
Ini nih benchmark dasar pembanding sang Bangsawan Duke 200.. sifatnya subjektif ya..

・Design: Byson tanpa cela, New Megapro diterima semua kalangan
・Fitur: Byson ban gambot, digital spdmtr, dan front shock gede, NMP :Fr/Rr disk brake, digital spdmtr, adjustable rear shock.
・Performance: Byson lemot, NMP cukup superior untuk kelas SOHC 150cc

1) Aspek Design dan Fitur si Kuda Besi.
Menurut pengamatan langsung di lapangan, KTM Duke 200 yang di Jepang sini rencananya mulai dijual sekitar Maret 2012 ini Akang lihat memang memiliki garis body yang sangat menawan dan jauh superior dibanding Byson dan New Megapro.. Dari segi konsep design banyak orang yang bilang bahwa si Duke 200 ini adalah perpaduan motor supermoto dan street bike, tapi sejauh yang Akang lihat si Duke ini jelas-jelas street bike koq. Posisi jok yang tidak sejajar dengan fuel tank, dan front fender (spakbor depan) tepat berada di atas ban depan membuktikan si Duke dibuat atas konsep street bike bukan supermoto. Kalau dari riding style sih Akang gak tahu,, soalnya di stand KTM gak diperbolehkan naikin langsung sih! Mungkin masbro tahu konsep riding style supermoto seperti apa.
`Designer-nya jenius` itu kata yang terucap dari mulut Akang setelah 5 menit melihat si Duke 200 secara langsung. Bagaimana tidak, motor yang hanya 200cc ini tidak seperti motor kecil, beraroma moge tapi tidak ada kesan ribet karena body yang ramping (kalau orang Sunda bilang `teu gagarubang`). Ada 3 point utama yang membuat Akang bilang `designernya jenius`
・Garis body atas, Perpaduan body atas dari headlight, fuel tank, konfigutasi split seater sampai rear fender merupakan satu garis body secara utuh zigzag membentuk huruf M yang dinamis. Dimulai dari body belakang, Rear Fender yang biasanya hanya difungsikan sebagai penahan cipratan air pada bagian belakang digunakan si Duke sebagai garis body belakang yang kesannya menyatu sebagai garis body tapi kelihatan simple.

Beralih pada Split seaternya dan lengkungan menyudut cover bawahnya menonjolkan kesan sporty, lincah, simple seperti halnya garis body belakang Ninja 250. Garis body ini semakin membesar ke arah fuel tank yang hanya bisa memuat 11 liter, tapi memiliki kesan besar sekaligus simple (bingung nih ngedefinisikan dengan kata2 :D). Khusus untuk bagian shroud, pada si Duke ini merupakan kesatuan utuh menyatu pada fuel tank dan berada pada posisi yang jauh lebih tinggi dibanding permukaan teratas spakbor depan.

KTM Duke konsep body atas melayang zigzag tanpa cover tengah, secara keseluruhan terletak lebih atas terhadap kedua roda

Sekarang kita lihat design2 street bike si Byson dan NMP sebagai pembanding. Spakbor belakang difungsikan secara konservatif sebagai penahan cipratan air dengan design berdiri sendiri terpisah dari garis body. Untuk Jok dan Cover bawah Jok,, kedua motor masih menggunakan tok tunggal yang menyatukan rider dan boncenger,terus terang Akang kurang suka design ini. Cover bawah jok yang lebar disesuaikan dengan garis body depan yang berkonsep muscle bike tapi terlihat inferior dibanding design si Duke yang simple. Pertemuan body belakang dan fuel tank pada Byson dan NMP dipusatkan dengan cover tengah motor, hal yang tidak dijumpai pada si Duke 200, tapi justru hal inilah yang menjadi nilai tambah si Duke 200 karena di sana terpasang kokoh frame trellis.

Untuk fuel tank, Byson begitu berotot dengan mengedepankan fuel tank kondom bentuk punduk byson yang kemudian ditambah shroud kecil terpisah dari fuel tank yang posisi terbawahnya lebih rendah dari spakbor depan untuk memberi kesan body membulat berotot.. Berbeda dengan Byson, NMP menonjolkan shroud yang besar meruncing mengesankan busur panah. Letak shroud NMP ini sejajar dan tidak terlalu rendah terhadap dengan spakbor depan. Berbeda dengan Duke dimana shroud menyatu dengan fuel tank, memberi kesan body atas yang melayang, berbeda dari 2 motor jepang lainnya.

・Garis Body tengah, Telah Akang jelaskan bahwa pada Duke 200 tidak ada cover body tengah pertemuan fuel tank dan jok yang biasanya berupa cover yang memanjang ke tengah sampai bagian pijakan kaki (pedal rem/pedal perpindahan transmisi) tapi dengan ketiadaan cover tengah tersebut frame trellis dieksploitasi secara penuh dan hasilnya terlihat sangat muantaaap,
bahkan menurut penilaian pribadi Akang, frame trellis lebih keren ketimbang frame delta box lho! (mungkin karena bosen ngeliat frame delta box kali ya!)

Tidak hanya itu penggunaan frame trellis dan ketiadaan cover tengah juga mengekploitasi kekokohan WP monoshock dalam menyangga body belakang! Mesin DOHC 200cc berpendingin water cooler juga terlihat mantap
dibalik rangka trellisnya, tidak ada kesan kopong sama sekali karena memang mesin KTM ini sepertinya lebih besar dari mesin pabrikan lain dengan kapasitas yang sama.

Frame trellis KTM Duke 200 menonjolkan kekarnya WP monoshock powerfull-nya Mesin DOHC 200cc dari segi tampilan

・Garis Body bawah, Dimulai dari Ban depan 110/70-17 dengan velg eksotis 10 palang, shock upside down ukuran moge 43mm dan disk brake bybre menyiratkan kaki2 yang kekar tapi simple dan terkesan sporty karena balutan spakbor minimalis,,, (yakin deh walaupun keren gak bakalan berguna menerjang jalan yang banyak genangan air 😀 lha wong motor buat gaya…) kemudian bergeser ke belakang ke arah crank case yang ditambahi engine mud guard pada bagian depannya, lalu ke arah pijakan kaki yang sporty didesign memberikan kesan berbeda banget dengan motor2 Jepang seperti Byson dan NMP.

Dibawah pijakan kaki tercantol muffler yang terbilang hampir tidak bisa terlihat seolah gak ada mufflernya, terus terang pada awalnya Akang merasa aneh melihatnya. Tapi justru hal ini menjadi nilai tambah, karena ketiadaan muffler kita bisa dengan jelas melihat keindahan lekuk body bawah belakang si Duke. Rear arm yang lain dari yang lain, spakbor kolong mini yang nyentrik sampai design pijakan kaki boncenger yang menawan, ditambah lagi ban belakang yang berukuran 150/60-17 dan velg yang eksentris 10 palang menjadi jauh terlihat lebih mantap tanpa adanya halangan dari muffler. Kesan aneh ketidakterlihatan muffler ini dalam seketika hilang begitu saja.
Overrall Design dan Fitur Duke 200 ini menurut Akang patut dihargai 10 juta lebih mahal ketimbang Byson,,, → 20 jt
2) Performance
KTM Duke 200 dengan tenaga 26 hp (klaim KTM) menurut sumber dari Motorbeam bisa mencapai top speed 145 km/jam (speedometer) dengan kemampuan akselerasi 0-60 km jam adalah 3.3 detik dan 0-100 km/jam dalam waktu 9.5 detik. Woowww… mantap tenan ya..
Untuk performance ini Akang nilai memiliki nominal 5 juta di atas megapro.. → 12.5 jt
Lha koq kecil bedanya?,,, namanya juga subjektif murni penilaian Akang, kan Akang bukang orang yang speed freak :D,,, mau 150cc, mau 200cc, mau sohc, ataupun dohc bagi Akang gak ngaruh… yang penting lumayan cepet ngacir di lampu merah dan cepet nyampe 80km/jam (sebenernya bebek 125cc aja cukup :D)
3) Trustworthy (Kepercayaan)
Maksud trustworthy yang Akang maksud adalah kepercayaan terhadap durabilitas motor. Terus terang Akang tidak meragukan teknologi KTM Austria, tapi perlu masbro ketahui bahwa KTM Duke 200 ini diproduksi di India dimana sistem Quality Control masih parah.. Barang yang sudah lolos uji hari ini belum tentu lolos uji di hari berikutnya dan anehnya barang ini banyak lolos QC sampai masuk line perakitan… Honda India saja bisa kecolongan tuh, dan parahnya terjadi pada motor premiumnya cbr 250 yang terjadi “recall diam-diam” atau apalah 😀

Cacat fisik lapisan cat aja lolos QC,,, apalagi cacat yang tak terlihat seperti mesin.

Dan ini sudah Akang lihat secara langsung lho dari segi finishing, KTM Duke 200 yang dipajang di TMS ada cacat pada lapisan painting trellis. Cat pada trellis terlihat bergelombang tidak rata, sepertinya material trellis agak sedikit tidak rata tanpa diamplas langsung saja masuk line pengecatan yang katanya memakai powder coating. Itu dari segi kerapihan body luar lho,, kebayang kalau kelalaian terjadi pada bagian engine..
Untuk Faktor Trustworthy ini tanpa ragu Akang kasih nilai nominal hanya 2.5 juta saja…

Harga ideal KTM Duke 200 di Indonesia tidak boleh melebihi 35 juta, Lebih dari itu dipastikan tidak bisa bersaing dengan cbr 250 dan Suzuki GW250

Dari sudut pandang Akang berdasarkan ketiga point yang dievaluasi di atas menyimpulkan bahwa KTM Duke 200 cocok dihargai 35jt. Untuk value for money harga si Duke berada lebih rendah dari cbr 250 tapi lebih tinggi dari cbr 150 karena kapasitas mesin dan performa si Duke jauh di atas cbr 150,,, angka 35jt sepertinya nominal rupiah yang pas… Lebih baik lagi bisa di bawah itu sih 😀
Tentunya banyak yang berpikiran masa 200cc aja dihargai segitu mahalnya… Ide kreatif, penyatuan seni dan design roda dua itu `mahal` harganya lho! Di India sendiri Duke 200 hanya dibandrol sedikit lebih tinggi dibanding R15, di Indonesia kan gak ada R15, yang jadi benchmark adalah cbr 150 yang konon dijual overpress… (Akang)

Temen Akang yang ngidam KTM Duke 200, Katanya "Berapapun harganya gua beli!"

Bajaj Avenger 220 DTS-i : Toleransi Rentang Harga Yang Bisa Diterima

Setelah membaca artikel favorit homosek kapak merah tentang rondo Honda Phantom dan Kawasaki Eliminator, niat Akang untuk meminang si cruiser Bajaj Avenger yang memiliki garis keturunan Kawasaki Eliminator 125/175 makin menggebu saja. Rencananya BAI akan menjual varian ini kwartal pertama tahun depan tepatnya Maret 2012. Melihat harga kedua motor (Phantom dan Eliminator) yang tidak mengalami penurunan signifikan menjadi dasar keputusan untuk lebih memilih Bajaj Avenger yang sudah pasti perawan tingting dan harga yang `seharusnya` dibawah rentang 20jt. Kendala penolakan si Neng yang tidak menyukai motor cruiser pun sudah Akang lalui (coba lihat di artikel sini). Hehe Tinggal nunggu tahun depan nih!

Tapi,,, ada tapinya nih, ada syarat utama agar si Avenger 220 DTS-i ini mampu meluluhkan hati Akang untuk langsung meminangnya, sesuatu yang sangat sensitif bagi konsumen sekelas Akang yang secara ekonomi masih tergolong menengah kebawah yaitu `harga`.

Kawasaki Eliminator 175 (kiri) dan Honda Phantom 200 (kanan) Harga bekasnya masih tinggi

Rentang Value For Money Avenger 220 DTS-i yang Ideal dibanding varian Bajaj lainnya!
Bajaj Auto Indonesia (BAI) tidak diragukan lagi selalu memberikan value for money terhadap produknya yang dijualnya (meskipun masih belum dikatakan value for money untuk aftersalesnya) Akang melihat konsep bisnis tersebut sepertinya akan diaplikasikan pada si Avenger 220 DTS-i. Secara hitung2an seharusnya BAI bisa menjual si Avenger 220 DTS-i di bawah harga Pulsar 220 DTS-i, karena di India sendiri Avenger dijual seharga Rs.72,500 (Rp. 13.3 jt) lebih murah dibanding P220 yang dibandrol Rs. 82,500 (Rp. 14.5 jt), Di Indonesia P220 dijual 18.6 jt (OTR Jabodetabek) sehingga apabila dikonversi secara langsung maka harga Avenger (Rs. 72,500/Rs. 82,500)x 18.6jt adalah 16.3 juta (Tapi tentunya perhitungannya tidak sesederhana itu, namanya juga perkiraan secara logika… bagi yang tahu hitung2an pajak masuk, harga rata2 motor bajaj sebelum pajak, dan yang mengetahui data rata2 keuntungan per-unit yang BAI ambil silakan di share!). Di Indonesia sendiri produk Bajaj di rentang harga 16jt sudah diisi Pulsar 180 DTS-i, padahal di Indianya dijual dibawah harga Avenger. Meskipun secara fitur lebih inferior dibanding P180 yang sudah mengaplikasikan suspensi belakang Nitrox dan speedometer digital, secara spek mesin Avenger lebih superior sehingga `memungkinkan` cost produksi lebih tinggi yang ujung2nya harga jual juga lebih tinggi juga.

Rentang Harga Ideal Avenger diantara Pulsar 180 dan Pulsar 220

16-18jt harga Ideal, 19-20jt Masih Dapat Diterima, di Atas 20jt Mending Beli Motor Jepang!!!
Bagi Akang sendiri yang tidak faham strategi sales dan marketting harga ideal bagi nih motor cruiser adalah di antara rentang 16-18jt. Karena secara spesifikasi dan fitur lebih rendah dibanding P220 yang dibandrol 18.6jt. Entah kenapa bagi Akang, nominal harga kepala 17jt (17.0jt sampai 17.9jt) memberi efek perbedaan harga psikologis yang cukup signifikan dibanding dengan harga P220 yang dibandrol 18.6jt. Rentang harga tersebut adalah ideal dari segi value for money dimana spek engine yang diperoleh di atas P180 tapi secara fitur lebih rendah dibanding P220.
Bila rentang harga Avenger 19-20jt, terus terang Akang merasa keberatan, bukan karena harganya tapi karena merasa tidak diperlakukan adil.. Masa motor yang speknya lebih tinggi P220 aja harganya lebih murah. Tapi sepertinya hal ini bukan kendala bagi orang yang bener2 ngidam motor jenis cruiser untuk tidak meminang si Avenger, karena cruiser ini satu2nya yang dijual di Indonesia gitu loh!!! Akang memang tidak memiliki dasar data yang kuat, tapi Akang berani berhipotesis bahwa para peminat motor cruiser adalah biker enthusiast, dimana pengetahuan otomotifnya lebih tinggi daripada kebanyakan konsumen lainnya, sehingga divisi sales BAI perlu menspesialkan para konsumen Avenger ini seandainya dijual di atas 18jt, misalnya dengan pemberian bonus Jaket dan helm khusus cruiser atau bonus pernak-pernik adventure lainnya. Alasannya ya seperti yang Akang kemukakan di atas, bila dibandrol diatas p220 value for moneynya terasa kurang.
Seandainya harga Avenger di atas 20jt,,, Bye bye deh BAI. Lebih baik beli motor Jepang misalnya Byson dan New Megapro meskipun jelas-jelas genre dan
spek berbeda, dengan harga yang sama sudah mendapatkan jaminan kualitas yang teruji, dan pelayanan aftersales yang jauuuuuuuuh lebih baik.

Harga Jual Lebih dari 20jt Dikategorikan Overpress!

Beli Motor Bajaj = Kontrak Seumur Hidup Motor? Apalagi Beli Avenger 220 DTS-i lho!
Akang pikir kalimat `Membeli Bajaj Avenger = Kontrak Seumur Hidup!` sangatlah tidak berlebihan. Bukan hanya karena harga resale motor Bajaj sangat jatuh sehingga sayang kalau dijual lagi, melainkan karena designnya yang timeless,,, gak lekang dimakan jaman, lha wong udah jadul gak mungkin
bertambah jadul lagi,, eh maksudnya klasik :D.

Membeli motor2 lain yang bernuansa non-retro sangat mudah terkena cap jadul, apalagi di era sekarang dimana motor baru hampir tiap bulan dilepas ke pasaran, contohnya saja Megapro tahun 2009 jelas kelihatan jadul dibanding NMP baru, atau bahkan Byson yang sekarang daftar indennya puanjaaang bgt akan kelihatan kalah gaya bila disandingkan dengan KTM Duke 200 yang konon tahun depan diperkenalkan di Indonesia… Tapi bagi motor cruiser bergenre klasik, tak ada istilah design yang ketinggalan jaman lho, liat aja dari dulu yang namanya Harley Davidson meskipun banyak perubahan ya bentuknya gitu2 juga toh :D, dan ini berlaku buat si Avenger juga! tidak berubah signifikan dari sejak diperkenalkan di Jepang sebagai Kawasaki Eliminator 125 pada 1997 kemudian dibawa ke India dengan upgrade mesin jadi Eliminator 175 pada tahun 2001 lalu body si Eliminator ini diambil bajaj dan ditamplokin mesin Pulsar 180, Pulsar 200, dan terakhir Pulsar 220 di tahun 2010, tetep aja gaya klasik bin jadul 😀

Dulunya sih "Motornya Lelaki", sekarang dibandingkan New Megapro jadi "Motornya Lelaki Jadul" 😀

Lahir sebagai Kawasaki Eliminator 125 dan Kini jadi Bajaj Avenger 220 Tetap memiliki Body yang sama,, sama-sama klasik!